CerPen ‘Ketika Cinta Harus Usai’
Aku memandang lekat tubuh yang tengah tergolek tidur di
sampingku. Tegap dan tampan, tak bercacat. Tubuh yang sangat kukenal, yang
telah berada disisiku selama 10 tahun terakhir hidupku. Tubuh seorang yang
sangat kucintai, yang menjadi ayah dari anak-anakku.
Benakku menembus waktu, mengingat masa ketika kuliah dulu.
Siapa yang tak pernah mendengar nama Yudhis. Mahasiswa kedokteran dari
universitas negeri, ketua senat, aktivis Rohis, kader Lembaga Dakwah Kampus,
dan seabrek jabatan lainnya.
Siapa pula yang tak kenal dengannya di kampus. Yudhis sering
muncul di depan publik. Kepandaiannya berorasi mengagumkan. Menggugah semangat
dan memukau yang mendengarnya.
Aku merasa amat mengenal Yudhis. Kami satu angkatan dan
sering bekerja sama dalam banyak kegiatan dan kepanitiaan. Beberapa kali Yudhis
menjadi ketua dan aku sebagai sekretaris. Sudah menjadi rahasia umum kalau
Yudhis banyak penggemarnya. Fans-nya berasal dari beragam kalangan. Dari cewek
gaul sampai aktivis, satu angakatn, hingga adik kelas, sefakultas maupun tidak.
Yudhis punya kharisma yang luar biasa. Tutur katanya lembut dan sopan, wajahnya
putih bersinar. Nilai plus yang lain adalah IP-nya tetap tinggi walau
aktivitasnya bejibun.
Menjalani banyak kegiatan bersama dan interaksi berfrekuensi tinggi diantara kami berdua, diam-diam menjadikan aku sebagai salah satu yang berada diantara jajaran para penggemar gelapnya. Simpati yang mulai berkembang dari benih itu kukubur ke sedalam-dalamnya hatiku. Biar ia terpendam di sana dan tak ada yang tahu.
Aku dan Yudhis, kami sama-sama tahu, tak ada kata pacaran dalam kosa kata kami. Apalagi kami berada dalam satu wadah pembinaan. Sekecil apa pun “rasa” yang sempat menyeruak, sesegera mungkin aku enyahkan.
Kadangkala sulit bagiku untuk mengendalikan gejolak hati. Berada pada masa usia yang telah cukup untuk mengenal kata “cinta”. Berada pada masa di mana di dunia yang sama masyarakat telah mafhum dengan hubungan cinta di kalangan mahasiswa.
Tidak pernah terlintas sedikitpun aku akan pacaran. Sejak kecil ayah telah menanamkan pendidikan yang keras dan benar. Memproteksi anak-anak perempuannya dari segala kemungkinan fitnah.
Tapi hati ini. Uhh, tak mungkin aku membohongi diri sendiri bahwa aku menyukai Yudhis. Yudhis perhatian padaku? Ah,masa iya? Kutepuk pipiku untuk menyadarkan diri dari keterlenaan sesaat. Ya, Yudhis memang perhatian padaku, tapi juga perhatian ke yang lainnya. Seorang pemimpin dituntut untuk perhatian kepada anak buahnya. Tidak aneh kalau dia sering menghubungiku untuk membicarakan berbagai masalah dalam kegiatan kami.
Aku berada di balik lemari sekretariat, sibuk membereskan file-file Forum Studi. Kala itu sekretariat sepi, hanya ada aku seorang. Tiba-tiba terdengar percakapan dari balik lemari. Aku tak bisa melihat siapa mereka. Mereka pun tak menyadari ada sepasang telinga yang berada di balik lemari.
“Nur, kamu tahu nggak? Kak Yudhis perhatian banget ke aku. Aku nggak terlihat di rapat sekali saja, dia langsung menelepon aku!” seru suara pertama.
“Wah, kamu beruntung banget Mel. Kak Yudhis kan cakep, pinter, kaya lagi. Lumayanlah, biar Kijang tapi keluaran terbaru loh.” Suara ke dua menimpali.
“Bagiku dia perfect banget. Kamu lihat sendiri kan tadi bagaimana dia memandangku. Terus senyumnya. Manis banget bo!”
“Memang kalau aku perhatiin, Kak Yudhis ada feeling sama kamu. Tapi saingannya banyak Mel. Tau kan siapa aja yang naksir dia. Putri, Heni, Sinta. Belum lagi kakak-kakak angkatan.”
“Masa bodoh sama mereka. Yang penting Kak Yudhis suka sama aku.” Terselip nada GR dari suaranya.
Bukannya aku bermaksud menguping, tapi dialog itu tersimak dengan sendirinya. Dari suaranya aku bisa mengenali mereka. Adik tingkat, 3 angkatan di bawahku. Rasanya tak salah juga kalau ia merasa GR. Kadang Yudhis memang terlalu tebar pesona. Berulang kali kudengar para ikhwan menasehatinya tentang masalah ini. Akhirnya Yudhis menyadari bahwa kharismanya telah menyebabkan banyak hati yang jatuh bergelimpangan. Dan ia mulai membangun jarak.
Kini tubuh laki-laki yang berstatus suamiku itu bergerak. Menggeliat perlahan. Lalu tetap mendengkur halus. Kupandangi wajahnya. Hidung mancungnya menurun kepada kedua buah cinta kami, Ghazali dan Sabila. Kata banyak orang, Ghazali adalah fotocopy-an dari ayahnya.
Aku perhatikan bibir suamiku yang berwarna merah. Agak tak lazim memang seorang laki-laki berbibir merah. Masih kuingat saat bibir itu mengucap janji setia. Mitsaqan ghalizha, sebuah perjanjian yang amat tegung dalam pandangan Allah. Betapa mantap ia berucap dalam ijab kabul kami. Mengingatnya menyeruakkan rasa haru. Membuat tetes kecil bergulir di kedua pipiku.
*****
Sore
itu aku dan ayah ibuku sedang mengobrol di teras belakang sambil menyamil kue
buatan ibu.
“Nduk, sekarang apa rencanamu selanjutnya?” Ayah tetap saja memanggilku dengan ‘Nduk’, panggilan terhadap anak perempuan dalam bahasa Jawa. “PTTmu sudah selesai. Kamu mau pilih kuliah lagi ambil spesialis atau mau nikah?”
Dahiku
mengernyit. Nikah? “Nikah Yah? Mau nikah sama siapa? Nggak ada calon nih!”
“Masih ingat Bram, putranya Om dan Tante Rono? Dulu waktu kecil sering main sama kamu.”
Keluarga Ronodipuro, masih priyayi dan punya bisnis besar. Keluarga mereka memang bersahabat dengan keluargaku. Kuingat pula Bram kecil yang sering merebut dan merusakkan mainanku. Aku menganguk-angguk tanda ingat.
“Sekarang Bram sudah jadi Branch Manager di perusahaan papanya. Dia juga punya bisnis otomotif. Bengkel dan tempat modifikasi. Ayah kemarin ke sana. Lumayan besar, pelanggannya juga banyak sepertinya.”
“Tante Rono sering ngobrol-ngobrol sama ibu. Dia ingin mencarikan istri untuk Bram. Katanya sudah cari kemana-mana nggak ada yang cocok. Eh setelah ketemu kamu beberapa kali dan ngobrol sama kamu seperti kemarin itu, dia bilang pilihannya jatuh ke kamu Nduk.” Ibu menjelaskan sambil menuangkan the dari teko ke dalam cangkir ayah yang sudah kosong. “Tante Rono itu seneng lho sama kamu. Katanya kamu cocok jadi istri Bram.”
“Oooo.begitu,” ujarku.
“Bagaimana Nduk?” tanya ayah.
“Bagaimana apanya Yah?” tanyaku kembali.
“Kamu mau nggak?”
“Ihhhh Ayah. Nggak bisa dijawab sekarang dong! Harus dipikir-pikir, harus istikharah. Paling tidak ketemu dulu. Belum tentu Bram juga langsung mau kan Yah.”
Akhirnya
tibalah saat pertemuan itu. Om Rono, Tante Rono, dan Bram datang ke rumah kami
tepat pukul tujuh malam. Setelah sedikit basa-basi di ruang tamu, kami lalu
berbincang di meja makan, berusaha mengakrabkan antara kedua keluarga.
Bram kini tidak terlalu banyak berbeda dengan Bram kecil. Ketampanan yang telah terlihat di masa kecil kini makin menunjukkan kesempurnaannya. Penampilannya perlente dengan pakaian dari merek terkenal. Tercium pula aroma wangi yang berasal dari tubuhnya. Alamak, gumamku dalam hati, aku saja tak pernah berparfum, kecuali jika mau sholat.
Selama perbincangan itu aku sudah merasa tidak sreg. Entah kenapa. Kalau bicara masalah fisik, Bram memang bak pemain sinetron. Tapi namanya tidak sreg, ya tidak sreg. Hal begini kan tidak bisa dipaksa-paksa.
Ditengah-tengah asyiknya mengobrol, tiba-tiba Om Rono bicara dengan nada keras, “Bram memang harus punya istri seperti Arni. Supaya dia bisa belajar banyak tentang agama dan tidak lagi keluyuran ke café sampai pagi.”
Semuanya langsung terdiam. Tante Rono dan Bram memperlihatkan mimik wajah gusar mendengar kata-kata Om Rono. Aku, ayah, dan ibu juga kaget. Ibu berusaha mencairkan suasana yang jadi sedikit dingin dengan menawarkan sup asparagus kepada kami semua.
Oopss, rupanya Bram ini anak café. Nggak heran juga, terlihat dari gayanya. Sepulangnya mereka dari rumah kami, ayah mengatakan akan mencari informasi lebih jauh tentang Bram. Bagaimana kehidupan dan pergaulannya.
Om
dan Tante Rono cukup sholeh. Tapi jaman sekarang orang tua tidak bisa dijadikan
standar bagi kesholehan seorang anak. Anak kyai belum tentu jadi kyai. Anak
perampok belum tentu perampok juga.
Aku pasrah, memohon kepada Allah diberi jodoh yang terbaik bagiku. Aku percaya karena Dia telah berjanji dalam firmannya Surah An-Nuur 26, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik pula.”
Kalau Bram bukan jodohku, pasti Allah akan tunjukkan jalannya, dan begitu pula jika sebaliknya.
Kabar itu justru datang dari Tante Rono sendiri. Bukan dari siapa-siapa yang menyebarkan gossip. Bukan pula dari Toni, sepupuku yang diberi tugas ayah untuk mencari tahu tentang Bram.
Tante Rono berkunjung ke rumah sambil bercucuran air mata lalu mencurahkan isi hatinya pada ibu. “Jeng, hancur sudah hati saya. Mau ditaruh dimana wajah dan kehormatan keluarga Ronodipuro.” Isak Tante Rono sesenggukan. “Memang Bram anaknya susah diatur. Tapi saya tak menyangka semuanya jadi begini. Rasanya kami sudah berusaha mendidiknya dengan benar.”
Ibu menenangkan sambil mengusap-usap pundak Tante Rono. “Tenanglah Mbakyu. Yang sabar. Memang ada apa tho?!” Sekonyong-konyong tangisnya malah jadi tak terbendung. Aku bangkit menyodorkan tissue kepada Tante Rono.
“Bram
itu Jeng..dia.dia.dia.menghamili sekretarisnya!” Seusai keterbata-bataannya,
Tante Rono melanjutkan tangisnya. “Perempuan itu menuntut untuk dinikahi. Kami
tak bisa menolak.”
“Astaghfirullahaladzhim!!” ujarku dan ibu bersamaan.
Benarlah ini jawaban dari Allah. Bram bukan jodohku. Aku menatap trenyuh kepada Tante Rono. Kasihan, pasti berat sekali bebannya menerima kenyataan darah dagingnya menghamili anak orang di luar nikah. Semoga Bram benar-benar bertobat dan mau memperbaiki dirinya.
“Saya nggak enak sama Jeng, sama Arni,” kata Tante Rono setelah tangisnya mereda. “Padahal rencana sudah mau lamaran. Tadinya saya berharap sekali kita bisa besanan. Arni pasti bisa membimbing Bram untuk menjadi lebih baik.”
“Sudahlah Mbakyu. Kita tidak apa-apa kok. Keluarga kami tetap akan menjadi sahabat keluarga Mbakyu. Semoga jodoh Bram inilah yang terbaik. Mbakyu yang tabah ya!”
Batalnya perjodohan antara aku dan Bram tidak memberikan dampak apapun pada kehidupanku. Aku tetap memohon jodoh kepada Rabb-ku Yang Maha Mendengar.
Tak
sampai sebulan kemudian, dengan tak disangka-sanga, datanglah serombongan
keluarga ke rumahku. Mereka hanya punya satu tujuan, melamarku.
Suatu siang di hari Ahad, 10 tahun yang lalu, serombongan
keluarga datang. Aku, ayah dan ibu kaget bukan kepalang. Kami tidak mengira
akan ada yang datang membawa sepasukan orang dengan berderet mobil yang
tiba-tiba sudah rapi parkir di depan rumah. Dua hari sebelumnya Yudhis memang meneleponku.
Katanya ia akan ke rumahku Ahad ini. Tapi, siapa yang mengira seperti ini.
Kupikir ia sekedar silaturahmi atau ada kepentingan tertentu.
Dengan
sedikit basa-basi, orang tua Yudhis menyampaikan maksud kedatangan mereka untuk
melamarku. Ditodong begini aku tak sanggup berkutik. Bunga-bunga di taman
hatiku pun semerbak, setelah sekian lama dipendam kini bermekaran.
Ayah,
ibu dan keluarga semua menyukai Yudhis. Tentu saja! Apa lagi yang kurang dari
seorang Yudhis? Tampan, pandai, kaya, dan sholeh. Ayah Yudhis juga pengusaha
sukses, walau kalibernya sedikit di bawah Om Rono.
Yudhis
adalah sosok sempurna yang berwujud nyata. Membuat bangga bagi yang
menggandengnya. Menyenangkan diajak ngobrol. Tidak memalukan bagi orangtua yang
menjadikannya menantu. Dan pasti akan jadi suami yang bisa membimbingku, bisa
mengerti aku, dan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Siapalah yang sanggup
menolak Yudhis?
Terlihat orangtuaku langsung jatuh hati pada Yudhis. Tapi
ayah tetap menyerahkan keputusan padaku, karena akulah yang akan menjalani
pernikahan. Aku diam ketika ditanya.
“Arni diam saja, berarti iya. Begitu kan Pak Margono?” ujar
ayah Yudhis. Ayah mengangguk-angguk saja.
“Maaf,” aku berpaling ke arah Yudhis, “belum bisa langsung
menjawab ya atau tidak. Beri aku kesempatan untuk mempertimbangkan dan sholat
istikharah.”
“Oh
monggo, silahkan saja. Kalau Arni butuh waktu, sampaikan saja kira-kira berapa
lama akan mempertimbangkan lamaran ini dan kapan akan memberikan jawaban. Tapi
jangan lama-lama. Kasian Yudhis lho…!” ayah Yudhis menjawab sambil berseloroh.
Aku diam saja, bingung mau menjawab apa. Aku sendiri tidak
tahu berapa lama yang kubutuhkan untuk mengambil keputusan terpenting dalam
hidupku ini.
“Begini
saja Mas, kita sama-sama berdoa saja semoga semua dimudahkan oleh Allah SWT.
Nanti kalau Arni sudah bisa memutuskan, saya yang akan menghubungi Mas Permadi.
Bagaimana Mas?” kata ayah.
Ayah Yudhis melirik ke arah Yudhis. Yudhis mengangguk pelan. “Baiklah Pak Margono, kalau memang begitu. Yah, memang sebaiknya hal-hal seperti pernikahan ini tidak terburu-buru menjawabnya. Kami memang tidak mengharapkan ada jawaban saat ini juga. Paling tidak kita sudah silaturahmi, nambah saudara. Kami juga ingin mengenal Arni lebih dekat, juga Bapak dan Ibu sekeluarga. Karena, terus terang kami juga kaget. Yudhis ini nggak ada angin nggak ada hujan, tahu-tahu minta saya dan mamanya untuk melamar. Padahal saya nggak pernah lihat Yudhis itu pacaran. Lha ini anak mau nikah sama siapa tho? Paling tidak kan calonnya mesti dikenalkan dulu, diajak main ke rumah. Bergaul sama keluarga besar. Dilihat bibit, bebet, bobot. Dan itu kan nggak langsung ujug-ujug begini, pakai waktu. Tapi Yudhis ngotot, katanya sistemnya bukan begitu, nggak ada pacaran-pacaran. Ya sudah akhirnya kami berembug dengan keluarga untuk datang hari ini. Kami ini hanya mendapatkan sedikit gambaran tentang Arni dan keluarga dari Yudhis. Jadi kami senang sekali bisa berkenalan dengan Bapak sekeluaga. Kami minta maaf kalau kedatangan kami merepotkan.”
“Wah nggak kok Mas, sama sekali tidak merepotkan. Lha malah seneng kok dikunjungi sekeluarga besar begini.” Ayah tersenyum menanggapi penuturan ayah Yudhis yang panjang dan lebar. “Kami harap Yudhis bersedia menunggu jawaban dari Arni. Dan kami mohon apapun jawabannya nanti tidak membuat rasa tidak enak diantara kita semua. Mudah-mudahan masih bisa terus bersilaturahmi ya Mas…!”
Malamnya kuceritakan kedatangan Yudhis sekeluarga kepada sahabatku yang juga satu kuliah dengan aku dan Yudhis dulu. Menurutnya, dari informasi yang bisa dipercaya, Yudhis memang sudah menyukaiku sejak kuliah. Oh, itukah sebabnya ia selalu memilihku menjadi sekretaris? Katanya, ketika kabar aku akan dilamar oleh Bram sampai ke telinganya, Yudhis kalang kabut. Dan akhirnya tanpa ba bi bu ia langsung datang melamar.
Akhirnya, Yudhis berhasil membawaku ke pelaminan. Betapa bangganya aku bersanding dengannya. Sang aktivis yang didamba banyak gadis. Dan kenyataannya akulah yang mendapatkannya, setelah menyingkirkan banyak saingan di hati Yudhis. Kudapati tatapan mata cemburu dan iri dari beberapa teman dan adik kelas yang kutahu pernah menyukai Yudhis, saat mereka datang ke resepsi pernikahan kami.
Hari-hari kami selanjutnya tentulah sangat indah. Bak lapis legit yang manisnya selalu ada di setiap gigitan. Tak ada duka. Tak ada lagi gelisah, gundah. Semua yang ada hanyalah bahagia dan bahagia. Lalu cinta kami berbuah. Lahir Ghazali, lalu Sabila. Semuanya menambah manisnya cinta kami.
Di awal pernikahan kami, aku dan Yudhis tetap aktif di dalam kegiatan dakwah dan sosial. Hampir setiap malam kami habiskan dengan tahajud berjamaah.
*****
Kini
air mataku mengalir di kedua pipiku. Aku terisak tak bersuara. Memandangi wajah
tampan yang tetap terlelap tenang.
Ramadhan yang lalu, tidak lagi kami lewati dengan penuh syahdu. Tak ada tarawih bersama. Tak ada tilawah bersama anak-anak. Jika dihitung, Yudhis hanya sempat 3 kali berbuka puasa di rumah. Sisa yang 27 hari entah berbuka puasa di mana. Ia selalu pulang malam, bahkan Subuh sekalian, setelah orang-orang selesai bersahur.
Beberapa tahun yang lalu, Yudhis sibuk, aku pun sibuk. Sebagai dokter spesialis jantung, Yudhis tergolong dokter muda yang cukup laris. Aku sibuk mengurus anak, rumah, dan praktek di puskesmas. Kesibukan kami membuat tak lagi aktif dan terikat dengan kegiatan dakwah yang sebelumnya kami geluti. Tali temali yang selama ini membentengi, satu persatu mulai putus.
Di awal karirnya, Yudhis sering bercerita ia beberapa kali terlewat waktu sholat kalau sedang ada operasi yang memakan waktu berjam-jam, dari satu waktu sholat ke waktu sholat yang lain. Aku selalu mengingatkan agar ia selalu sholat tepat waktu.
“Kalau lagi operasi mana bisa ditinggal,” kata Yudhis saat aku menegurnya. “Masa untuk sholat nggak bisa ditinggal sebentar saja?” kataku.
“Kamu kayak nggak ngerti saja. Kalau ditinggal bisa-bisa pasiennya meninggal. Nanti keluarga pasien menuntut dan menuduh malpraktek. Yah, ini kan darurat, nggak apa-apa kan?” kata Yudhis enteng. Awalnya ia menganggap darurat, tapi kali kesekian saat tidak ada darurat, ia semakin menganggapnya enteng. Aku heran dengan sikapnya yang sangat mudah menggampangkan sholat.
Entah kapan dan bagaimana mulainya, Yudhis mulai sering pulang malam di luar jadwal rumah sakit. Namun, aku percaya penuh padanya. Dan sebagai istri yang baik aku berusaha untuk tak banyak bertanya yang macam-macam. Yudhis mulai mempunyai komunitas tersendiri dalam lingkungannya. Komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas kami semasa kuliah dulu.
Ibadah kami sangat garing. Yudhis malas mengimamiku. Kalau ia capek, aku disuruh sholat sendirian. Apalagi Qiyamullail, sudah lama sekali kami tinggalkan. Capek! Begitu selalu alasannya. Hubungan di tempat tidur juga terkena imbasnya. Segala-galanya jadi kering, tanpa ruh. Menjalaninya bagai rutinitas dan kewajiban semata.
Buah cinta kami mulai besar dan mulai nakal. Aku sering kewalahan menghadapinya sendirian. Kalau aku bicara pada Yudhis, jawabnya, “Lho itu tanggung jawabmu sebagai ibu. Kamu bisa mendidik anak nggak sih? Tugasku itu cari uang!”
Ia pasti lupa isi khutbah nikah di pernikahan kami dulu. “Mendidik anak adalah tugas kedua orang tua, baik ibu maupun bapak. Ayah yang menjadi imam harus bisa menjadi nahkoda yang baik bagi biduk rumah tangganya. Dasar-dasar pendidikan itu harus berdasarkan arahan sang ayah.”
Kadangkala aku bisa sabar menghadapi Yudhis, tapi kadang pula kami bertengkar hebat. Yudhis semakin sering pulang diatas jam 1 pagi. Kalau kutelepon ke rumas sakit, dijawab kalau Yudhis sudah pulang dan tidak ada jadwal yang mengharuskannya pulang pagi. Walau begitu aku tetap berkata pada diriku sendiri, everything runs smooth, everything is ok.
Jam berapa pun ia pulang, aku tetap berusaha melayaninya. Mulai dari membuatkannya teh, kopi atau susu panas. Atau menyiapkan air panas kalau ia ingin mandi. Secapek apapun aku, kuusahakan sekuat tenaga untuk menyambut kedatangannya dengan senyum.
Yudhislah yang biasa pulang dengan wajah kusut masai dan mata merah. Tanpa senyum. Hanya perintah yang keluar dari bibir merahnya. Kadang-kadang ia bersikap manis. Tapi itu hanya jika ia ingin melampiaskan hasratnya padaku. Aku bukanlah seorang istri yang mau dilaknat oleh malaikat hingga pagi. Tugas seorang istri berusaha kutunaikan dengan baik.
Malam-malam panjang, ketika menanti Yudhis pulang, sering kuisi dengan sholat tahajud. Aku memohon agak Allah membuka kembali hati Yudhis dan memberikan takdir yang baik bagi kami sekeluarga.
“Arni, aku ada berita nih! Tapi kamu jangan kaget ya. Kamu percaya kan sama aku? Ini tentang Yudhis,” suara Toni, sepupuku, terdengar di HPku. Aku mengangguk walau tahu ia tak akan melihat anggukanku.
“Aku
beberapa kali ini melihat suamimu. Pertama kali aku lihat dia lagi makan siang
sama perempuan yang rambutnya dicat kemerahan di Chopstix Pondok Indah Mall.
Nggak jauh kan dari tempat suamimu praktek.”
Toni melanjutkan, “Bukan cuma itu, aku pernah nguntit suamimu itu ke beberapa tempat. Afterhour, D’S Place, Barbados.”
“Oh ya?” kataku datar.
“Kamu kok nggak kaget?” tanya Toni.
“Kaget? Memang kenapa?” tanyaku bingung.
“Arni! Itu tuh tempat dugem, tau nggak?” jawab Toni.
“Du…gem?”
“Itu
lho dunia gemerlap. Afterhour itu bar dan tempat billiard. Yang dua lagi yah
semacam itu, sama saja. Aku lihat Yudhis sama cewek dengan mata kepala sendiri.
Percaya deh, dia minum minuman, turun ke floor, peluk-pelukan sama cewek sok
bule itu.” Nada suara Toni berapi-api penuh emosi.
Aku tak percaya, gumam bathinku. Tapi tak urung, tangan ini gemetar memegang HP. “Kamu salah orang mungkin Ton. Orang yang mirip Yudhis.”
“Salah orang bagaimana. Jelas banget gitu kok! Aku ngeliat dia sekitar jam 1 malem lewat. Dia sering nggak ada di rumah nggak kalau jam-jam segitu?”
Aku tersentak. Ya, Yudhis memang sering pulang pagi, dan ia nyata-nyata tidak sedang tugas di rumah sakit. Tapi…main billiard, minum, berpelukan dengan perempuan…? Rasanya sulit hati ini mempercayainya.
Hari ini, baru saja, semua pertanyaan yang bergumul di hatiku dan segala hal yeng menjadi rahasia selama ini terkuak lebar. Yudhis berkata jujur padaku bahwa ia mencintai perempuan lain, ingin bercerai dariku dan akan menikahi perempuan itu. DUARRRRRRR!!!!!! Bagai disambar geledek rasanya jantungku. Aku limbung.
“Baru kali ini aku benar-benar merasakan jatuh cinta. Maaf, sejak dulu aku tak pernah merasa mencintai kamu Arni. Aku mau ceraikan kamu!” Bibir itu berkata dingin, seolah tak sedang berbicara dengan istri yang telah mendampinginya sepuluh tahun ini. Bagaimana mungkin ia mengaku tak mencintaiku. Semuanya begitu manis. Aku tak percaya ia berkata begitu.
“Yudhis, sadarkah apa yang baru saja kamu katakan? Kamu baru saja menjatuhkan talak!”
“Memang begitulah mauku. Akhir-akhir ini aku merasa begitu hidup. Bergairah dan penuh cinta. Aku merasa bahagia dengan Meta. Kita urus perceraian secepatnya. Besok kita ke Pengadilan Agama.” Kata-katanya dingin menusuk. “Sore nanti aku akan pindah. Sekarang aku mau numpang tidur sebentar. Di sofa di luar sini juga nggak apa-apa. Aku capek!”
“Mas, apa benar kamu sering ke tempat-tempat dugem?” aku memberanikan diri bertanya.
“Hahhhh?! Dari mana kamu tahu?” teriak Yudhis.
“Toni. Dia bilang beberapa kali lihat kamu. Sedang bersama perempuan dan minum-minum.”
“Hmmm,
jadi selama ini kamu kirim sepupumu itu jadi mata-mata heh?! Betul. Si Toni
nggak salah lihat. Ohhh…pantas saja aku merasa pernah lihat dia.”
“Ngapain sih Mas kamu ke tempat-tempat seperti itu?” aku bertanya sambil menahan tangisku yang hampir saja meledak.
“Ah kamu tahu apa tentang tempat seperti itu. Aku merasa senang di sana. Dan apa pula urusanmu. Kita sudah cerai, kamu nggak berhak turut campur lagi. Ini hidupku tahu?!”
“Masya Allah Mas, istighfar Mas, istighfar…kamu lagi lupa diri Mas! Cepatlah bertobat”
“Hhhahhhhhhh…SUDAH
DIAM!!!!” bentak Yudhis kasar sambil menghempaskan tubuhnya di sofa empuk yang
terletak di ruang tamu. Tak berapa lama kemudian dengkur halusnya terdengar.
Begitu Yudhis terpejam tangisku tumpah ruah. Tak pernah terbayangkan sebelumnya Yudhis akan jadi seperti ini. Sang manusia sempurna bagi sebagian orang yang mengenalnya. Yudhis, yang semasa muda tak pernah mengenal tempat-tempat seperti itu. Yudhis, yang dulunya selalu membasahi bibirnya dengan berzikir. Yudhis, yang selalu menjaga wudhu, tak mau bersentuhan dengan wanita selain mahramnya. Yudhis, yang dulu lingkungannya selalu orang-orang yang baik.
Tapi sekarang??? Ketika lingkungan berubah, ia pun berubah. Menjadi manusia yang 180 derajat berpindah ke sisi lain dunia. Siapa yang akan mengira.
Aku
menangis, membenamkan wajahku ke bantal. Ghazali memelukku dari belakang.
“Mama, kenapa nangis?”
“Nggak kok sayang. Nggak papa,” aku mengusap air mata yang berurai. Ya Allah, lalu bagaimana nasib Ghazali dan Sabila tanpa ayahnya. Aku tak sangup lagi berpikir.
Di atas sajadah, aku mengadu kepada Rabbku yang Maha Mendengar hambanya yang tengah kesusahan. Aku pun sadar tidak seluruhnya adalah kesalahan Yudhis, pasti aku ada mempunyai andil. Aku terlalu mencintainya, memujanya. Bahkan cintaku padanya mungkin melebihi cintaku pada Allah. Mungkin ini teguran Allah bagiku, yang sering lupa padaNya. Yang menjadikan kecintaanku pada mahluk melebihi segala-galanya.
Satu episode hidupku telah berusaha kulalui dengan tetap berada di jalanNya. Dahulu, aku memutuskan menikah dengan Yudhis berdasarkan istikharah. Pada waktu itu aku ridho dengan agamanya. Sebagaimana pesan Baginda Rasulullah SAW agar tidak menolak pinangan laki-laki yang agamanya baik. Jika tidak maka akan terjadi fitnah di muka bumi. Dengan berbagai pertimbangan itu aku menerima lamaran Yudhis. Jadi salahkah aku kalau semuanya berakhir seperti ini?
Tiada
kesempurnaan bagi seorang manusia. Allahlah yang Maha Membolak-balik hati
manusia. Salahkulah yang mengharapkan kesempurnaan dari Yudhis, yang menganggap
ia adalah segala-galanya tak bercacat. Padahal setiap orang tak pernah tahu
bagaimana akhir hidupnya.
Aku masih hidup dan bernafas. Ini bukan akhir hidupku. Aku yakin Allah pasti punya rencana yang lebih baik di balik semua ujian yang diberikannya. Kekalutan dan ketakutanku perlahan sirna. Aku tak perlu khawatir dengan hidupku, hidup anak-anakku kelak. Allah-lah yang menjamin hidupku. Dia tak akan menelantarkan hambaNya.
Inilah takdir yang telah ditetapkan olehNya. Dan ini pasti yang terbaik bagi kami semua. Semoga saja Allah membukakan kembali hati Yudhis yang telah kelam dan mengembalikannya kepada kehidupan yang dulu.
Kupandangi lagi wajah tampan di seberang aku duduk saat ini. Nanti sore ia akan pergi dari rumah ini, pindah ke apartemen Meta, perempuan yang sering bersamanya di tempat dugem. Dan esoknya, kami akan ke Pengadilan Agama, mengurus perceraian.
Tangisku tetap ada, jiwaku tetap remuk redam, tapi hatiku terhibur olehNya. Satu episode hidup telah kulalui. Ketika cinta harus usai maka hidup harus terus berlanjut. Hati kecilku bertanya, kepada siapakah sebenarnya cintaku kupersembahkan? Kepada Yudhis ataukah Allah. Cinta sesungguhnya tak pernah usai. Kuusap lelehan tangisku. Episode lain telah menunggu untuk disusuri.
Oleh:
[:radoek:]
By Afrizal September,
Tak sanggup diriku menerima semua kenyataan
ini, ketika semuanya telah menjadi sebuah kenyataan yg nyata. Rasanya aku ingin
sekali, mengulang semua masa2 indah bersama dirinya. Tapi, itu semua
sia_sia…..” Karena semuanya telah berlalu dan menjadi sebuah kenangan,
didalam sebuah cerita. Aku ingin berbagi cerita tentang sebuah perpisahan.
Perpisahan itu tak akan terjadi, bila aku / kita mengerti arti sebuah ketulusan
cinta.
Mungkin aku
bukan orang yg bisa mempertahankan sebuah cinta. Aku telah bodoh mengabaikan
sebuah cinta yg tulus. Aku bukan orang yg dewasa, yg dapat mengartikan sebuah
arti cinta, yaitu ketulusan cinta. Akhirnya aku terdiam tanpa kata, saat
perpisahan itu telah menghampiriku. Disaat aku didalam ketidaksadaran ku,
hatiku menangis saat aku mengenang sosok bayangan yg pernah hadir dihidupku.
Air mata pun keluar, tanpa disengaja. Disaat diriku sadar didalam ketidaksadran
ku, sejenak diriku bisa menahan air mata yg keluar, yg perlahan_lahan membasuhi
muka. Tapi, itu hanya sejenak yg bisa aku lakukan. Saat aku menutup mata, air
mata pun keluar lagi dengan sendirinya. Karena, aku terkenang akan masa lalu
aku dengan dirinya. Terasa sedih bila masa_masa itu, ku kenang kembali.
Rasanya, aku ingin sekali berteriak bersama deburan ombak, agar penyesalan yg
aku rasakan, bisa berkurang dan terbawa oleh kesunyian malam. Perpisahan yg aku
terima, seakan bercampur oleh penyesalan. Mensia_sia kan cinta yg tulus dan pengorbanan yg utuh, membuat aku
tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Dalam hatiku selalu berkata “ Maafkan aku
yg telah menghancurkan mekar bunga ditaman hatimu, yg telah layu sebelum
berkembang…….,, sesal ku tak bisa menahan atas kepergianmu “.
Tinta cinta
yg slalu kau tuliskan dihatiku, dengan sendirinya terhapus oleh kebodohan yg
telah aku lakukan kepadamu. Perpisahan itu sangat menyakitkan untuk aku terima
didalam hatiku dan penyesalan itu sulit untuk aku lupakan didalam jiwaku. Untuk
mengharapkan dirimu kembali, ibarat layang_layang yg putus. Apabila
layang_layang itu sudah putus kita sulit untuk mencari dimana dia akan mendarat
dan sulit untuk kembali. Begitu juga dengan aku, yg ingin mengharapkan nya
kembali. Tpi, seakan redup tanpa cahaya, yg tidak akan bisa berjalan, akan
tersesat bila tanpa arah dan cahaya. Memang tidak mudah menerima semua
kenyataan yg telah terjadi, aku pun terdiam didalam kesepian, merenungi atas
kesalahan yg aku perbuat. Setiap malam aku pun selalu menyendiri, menyendiri
didalam kesendirian ku. Mungkin, aku tak pernah bisa memaafkan diriku sendiri.
Mungkin, dengan nyawaku dan mungkin dengan aku tidak ada lagi, aku bisa
melupakan kesalahan yg pernah aku perbuat. Rasanya, aku ingin sekali memotong
urat nadi tanganku, agar aku bisa terlepas dari belenggu penyesalanku. Aku selalu
menyendiri, mengkoreksi atas semua kesalahan yg pernah aku perbuat.
Pada
akhirnya, aku bertemu seseorang wanita. Wanita itu, menasehati dan mengajariku.
Katanya,” kita jangan terus berlarut dalam penyesalan, jadikan lah kesalahan yg
pernah kita perbuat, sebagai suatu pelajaran untuk kita kedepannya menyambut
hari esok yg cerah, biarkan lah masa lalu itu berlalu dengan sendirinya,
sambutlah masa depan yg penuh warna “. Aku jadi tersanjung dan terharu,
mendengar kata_kata wanita itu. Pada akhirnya aku berpikir, emang benar yg
dibilang wanita itu. Kita jangan berlarut terus dalam penyesalan. Biarlah hari
esok yg cerah menyambut kita dg penuh warna dan senyuman. Aku pun terobsesi
untuk bangkit dari penyesalanku. Akhirnya, aku pun menjalani kehidupanku dengan
sempurna dan dengan penuh senyuman. Aku banyak belajar dari kesalahan yg pernah
aku perbuat. Pada akhirnya, membuat aku sedikit dewasa untuk mengartikan sebuah
cinta yg tulus. Betapa berharganya sebuah cinta yg tulus, bila kita rasakan
dengan sepenuh hati.
Dari
kejadian itu, aku banyak belajar tentang ketulusan cinta, tentang belajar
dewasa kan diri dan tentang perpisahan yg berakhir penyesalan yg sangat
menyakitkan. Sebab itu lah, apabila suatu saat nanti aku mendapatkan
penggantinya, aku tidak akan mensia_sia kan cinta itu. Karena, aku telah sadar
betapa menyakitkan perpisahan yg berakhir penyesalan. Masa lalu itu, kuharap
tidak akan terulang kembali. Masa lalu yg telah ku alami, biarlh berlalu dan
aku jadikan sebuah catatan di dalam hidupku dan perjalanan hidupku.
Wassalam!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
By. Afrizal September, 1 Agustus 2012.
Cinta pada pandangan
pertama itu, emang slalu membuat kita bertanya-tanya.
Apakah cinta yg kita
rasakan itu, bisa kita miliki apa tidak.
Tentunya, kita perlu
ada usaha dan keberanian dalam mengungkapkan sebuah rasa yg kita rasakan
didalam hati kita.
Contohnya aja
saya,,,,, Merasakan sebuah cinta pandangan pertama tu, seakan aku tak percaya
akan cinta yg kurasakan itu.
Disaat pertama aku
bertemu ama dirinya, diriku telah merasakan, perasaan yg berbeda dan merasakan
getaran. Getaran itu kurasakan, saat bertemu dan saat berpandangan mata.
Awalnya sich, biasa-biasa saja… lama-kelamaan,,,, perasaan itu timbul begitu
saja…
tanpa disangka-sangka
menjadi perasaan suka.
Pada saat itu, aku
bagaikan orang yg bodoh…. Akan hadirnya getaran cinta, yg datang sesukanya.
Mungkin aku orang yg pertama kalinya merasakan apa itu cinta. Sebab itu lah,
aku tak mengerti dengan perasaan itu.
Bener kata orang,
awal namanya cinta itu….. dari pandangan mata, lalu jatuh ke hati, memberi
getaran dihati dan menjadikan getaran itu, menjadi cinta.
Disaat aku melihat
senyumanmu, suasana menjadi berubah…. Menjadi suasana yg sunyi dan tidak hampa.
Pada saat rasa cinta
ini membara, rasanya aku ingin sekali mengungkapkan tentang perasaan, perasaan
suka bercampur cinta. Tapi, keberanian akan ungkapkan cinta…. Rasanya bagaikan
berdiri diatas jembatan,,,, yg dibawahnya terdapat jurang terjal…
Takut dan cemas,,,
Takut akan ditolaknya
cinta, cemas akan hilangannya cinta.
Mungkin aku orang yg
biasa,,,, orang yg ingin merasakan apa itu cinta. Karena, perasaan kurasakan
tak bisa kubohongi, akan hadirnya cinta pada pandangan pertama.
Andai aku bisa
merintih, betapa sunyinya dirimu disampingku. Berharap tanpa kepastian, ingin
mentakdirkan dirimu untuk aku cintai, bukan untuk disakiti.
Walau diriku tak
berani ungkapkan cinta. Tapi, diriku selalu berharap dirumu akan singgah
dihatiku, yg akan ku simpan menjadi permata cintaku.
Oke sobat!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Disini saya akan bercerita
sedikit tentang pengalaman saya dengan mantan pacar saya dulu. Didalam cerita
ini, mengkisahkan sebuah cerita yang menurut saya…. Sangat “DRAMATIS” walau gak
”EXSIS DAN NARSIS” tapi, orang yang buat cerita nie “MANIS” kok…..
HEHEHEEHE!!!!!!!!.
Oke sob….. langsung aja ya,,, !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Yuukkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Pada waktu
itu, saya masih dalam masa-masa sekolah, boleh dibilang masa SMA. Saya dulu pernah
sekolah di SMA 3 N Bengkulu Selatan dan saya Lulusan SMA MUHAMMADIYAH Bengkulu
Selatan angkatan 2010, sekolah saya yang pertama itu dijalan padang kedongdong. Pasti sobat
tau tempat jalan nya, apa lagi yang tinggal di daerah Bengkulu selatan, pasti tau
lah.. jangan bilang anak Bengkulu selatan kalo gak tau jalan padang kedongdong,
Klo bahasa gaul nya sich jalan PKDD. Waktu zaman SMA, klo berangkat ke sekolah,
saya sering naik angkot,,, boleh dibilang angkutan umum. Wajar lah, saya kan orang gak punya. Jadi saya gak ada kendaran
pribadi untuk berangkat kesekolah. Setiap harinya, saya berangkat dan pulang
kesekolah naik angkot kakak saya sendiri. Pasti sobat tau,,,dengan angkot
MATRIX????? Pasti lah sobat tau dan pernah dengar angkot MATRIX, itu nama angkot
kakak saya.
Oh iya sobat,
awal saya ketemu ama cewek itu,,, di dalam angkot kakak saya sendiri. Waktu itu
saya ama cewek itu, sering ketemu didalam angkot kakak saya. Walau kami sering
ketemu, kami gak pernah ngomong berdua. Secara kami berdua tu kan, belum kenal
satu sama lain nya. Oh iya, cewek tu sekolah di SMA 5 N Bengkulu Selatan dan
sobat penasaran kan, siapa nama cewek itu??? Sobat gak usah tau nama cewek tu,
sebab gak penting yaa sobat, cukup saya aja yg tau.hehehehe. Sobat mau tau, bagaimana
saya bisa kenal ama cewek itu???? Saya ama cewek tu kn, sering satu angkot.
Berangkat dan pulang sekolah pun, sering satu angkot. Pada waktu itu kn, kami
sempat bercanda di dalam angkot, dengan kejadian kami bercanda-canda di dalam
angkot… saya jadi kenal ama mantan pacar saya itu, walau belum kenal nama.
Keesokan harinya, kami satu angkot lagi dan kami bercanda tawa lagi. Esok
harinya lagi, kami berdua gak satu angkot. Mungkin cewek tu naik angkot lain,
gak lama kemudian…. Saya sampai ketempat sekolah saya. Pada saat saya lagi
berjalan untuk masuk ke ruangan kelas saya, tiba2 ada teman saya ngomong kayak
gini,,,,, hay kawan ada salam dari cewek anak SMA 5,,,, dan saya jawab????
Salam kembali. Padahal saya belum tau, saya dapat salam dari siapa. Tpi, pada
saat itu saya anggap angin lalu aja, saat teman saya nyampaiin kbr kyak gitu.
Pada waktu saya selesai meletakan tas ke kelas, saya langsung pergi ke kantin
sekolah, pada saat saya sampai ke kantin,,, tiba2 kawan2 saya yg lainnya
ngomong yang sama, sama seperti omongan teman saya di kelas tadi. Spontan kn
saya terkejut dan heran, kok saya dapat salam dari anak SMA 5. Sambil berfikir
dan bertanya2 di dalam hati, sebenarnya siapa sich cewek yg nitip salam tu????
Tanpa berlama-lama, saya langsung menghampiri teman saya tu dan bertanya ama
teman saya itu, sebenarnya siapa sich cewek yang nitip salam tu?????? Lalu
teman saya menjawab,,,, cewek yang nitip salam tu adalah cewek yang sering satu
angkot ama saya, kata teman saya. Dengan wajah sedikit senyum, saya bilang ama
teman saya tu, tolong kasih tau ama dia….. salam dia, saya terima.
Pada saat pulang
sekolah, kami nongkrong sebentar sebelum pulang kerumah. Sobat mau tau gak,
dimana tempat tongkrongan kami???? Saya ama teman2 sering nongkrong di depan kantor
polisi, tepatnya didepan Polres Bengkulu Selatan. Tau gak sobat, ternyata cewek
yg nitip salam ama saya tu,, ternyata juga nongkrong di dekat kantor Polres
Bengkulu selatan. Pkoknya posisi cewek saya tu,,,gak jauh dari saya… sekitar 3
meter/ 4 meter dari saya. Pada saat tu, kami saling melihat satu sama lain dan,
akhirnya teman saya di panggil ama cewek tu. Ternyata ee ternyata, teman saya
tu juga kenal ama cewek tu, walau gak akrab. Gak lama kemudian, teman saya tu
minta no hp cewek tu, untuk di kasih kan ama saya. Akhirnya no hp cewek tu,
dapat dengan teman saya dan teman saya langsung ngasih no hp tu dengan saya.
Gak lama kemudian, cewek itu pulang naik angkot dulu dan teman saya ngasih tau,
klo cewek tu suka sama saya dan teman saya menyuruh saya untuk sms cewek itu,
teman saya bilang kalo dia setuju klo saya pacaran ama cewek tu. Setelah kami
selesai mengobrol, kami langsung bergegas untuk pulang kerumah, karena angkot
kakak saya udah datang untuk jemput saya. Sesampai nya saya dirumah, saya langsung
menghubungi no hp cewek tersebut. Kami saling cerita2 banyak dan saling
bercanda- canda,,malam pun kami saling menghubungi satu sama lain, saling sms.
Pokok’nya, gak siang…. Gak malam, kami selalu sms. Akhirnya kami menjadi akrab
dan saling suka.
Keesokan
harinya,, tepatnya waktu jam pulang sekolah…. Saya ama teman2 nongkrong lagi
ketempat biasa, sekalian melihat cewek tu. Gak lama kemudian, cewek tu
kelihatan dan duduk bersama teman2 nya ditempat tongkrongannya, cewek tu senyum
saat melihat saya, saya pun juga ikut senyum. Klo gak salah udah sekitar 25
menit kami duduk disana, akhirnya saya memanggil cewek tu untuk datang ketempat
saya. Gak lama kemudian cewek tu datang menghampiriku,,, lalu cewek tu
berkata…. Ada apa???? Lalu saya menjawab,,, gak ada apa2 kok… Cuma mau ngobrol
aja ama kamu. lalu cewek tu duduk di dekat saya dan akhirnya kami mengobrol
berdua, gak lama kami mengobrol???? Temannya memanggil dia untuk ngajak dia
pulang. Karena cewek tu mau pulang,,,, saya lansung ngomong dan nanya kayak
gini,,,, Btw siapa pacar kamu sekarang???? Lalu cewek tu menjawab,,,, pacar
saya gak ada. tanpa pkir panjang lagi,, saya langsung ngomong ama cewek tu…..
mau gak kamu jadi pacar saya????? Lalu cewek tu menjawab???? Saya mau kok jadi
pacar kamu. Gak lama cewek tu nerima cinta saya, cewek tu pulang dan naik
angkot ama teman2 nya, Rasa gembira dan bahagia pun terpancar di wajahku. Kami
pun memulai dan menjalani masa pacaran kami berdua, pada sore minggu pun kami
sering jalan2. Malam kamis dan malam minggu pun, saya sering ngapel kerumah Doi
saya.lama banget kami menjalani hubungan pacaran. Klo gak salah , hampir mau 1
tahun kami menjalani masa pacaran. Pada waktu hampir 1 tahun tu,, saya sangat
sayang dan cinta banget ama pacar saya tu, mungkin karena waktu pacaran yg kami
lalui tu cukup lama, membuat saya sayang cinta banget ama pacar saya tu. Masa2
bahagia, sedih dan masa2 pertengkaran pun, pernah kami alami.
Pada akhirnya,
tanpa diduga-duga pertengkaran hebat pun menghmpiri kami berdua. Pertengkaran tu
berawal, karena saya dituduh selingkuh ama salah seorang siswi yg sekolah di
SMA PGRI Bengkulu selatan. Inisial cewek itu anggap aja A,,, Kata pacar saya
tu, saya dituduh pacaran ama anak SMA PGRI Bengkulu Selatan dan pacar saya tu
melihat saya mengantar cewek itu pulang kerumah. Klo soal ngantar pulang cewek
tu, emang bener sich… tpi, bukan berarti saya pacaran ama cewek tu. Gini ya
sobat, klo mau tau ceritanya sampai2 saya ngantar cewek tu pulang kerumahnya.
Pada waktu tu kn, saya ama teman saya lagi main2 ke SMA PGRI… teman saya tu
namanya???? Oupzzz……gak usah ya sobat, disebut nama teman saya tu,,sebab gak
penting banget nama tu. Tapi, teman saya tu… juga sekolah di SMA PGRI. Pada
waktu itu, ceritanya teman saya tu mau ngantar pacarnya yg sekolah di SMA PGRI
tu, untuk pulang kerumah ceweknya. Pada saat tu, ceweknya teman saya tu…. Punya
teman juga, dan temannya tu juga mau pulang. Tpi, gak tau mau pulang pakai apa,
karena angkot2 udah gx ada lg dan hari hampir udah magrib. jadi, teman saya yg
namanya ……. tu, nyuruh saya untuk
ngantar teman pacarnya. Karena kasihan ama cewek tu, akhirnya saya ngantar
cewek tu pulang kerumah. Tu lah sobat, awal pertengkaran kami berdua. Klo
menurut saya sich, seperti pacar saya tu… jangn dulu berburuk sangka, sebelum
ada buktinya yg jelas. Ngantar orang pulang, bukan berarti cowok tu divonis
selingkuh ama cewek lain, gak kn sobat. Kita haruz mencari bukti dan penjelasan
yg benar, cowok tu selingkuh apa gak???? Kita haruz menemui dan bertanya ama
cewek tu, pacaran apa gak cowok tu ama cewek tersebut… baru kita bisa memvonis
cowok tu, selingkuh apa gak. Gak sampai sini aja sobat, setelah saya selesai
ngantar cewek tu pulang???? Kami ribut lewat hp dan pertengkaran pun memuncak,
saya di suruh pacar saya tu untuk datang kerumahnya, untuk nyelesain msalah
kami berdua. Pada saat saya sampai kerumahnya, kami berdua duduk di dekat jalan
rumahnya, dan di situ kami mulai membahas masalah kami tu, distu dia bilang
banyak. Pada saat saya kerumahnya, sebelum itu kepala saya lagi pusing banget,
karena sebelum kerumah pacar saya tu, saya baru aja selesai ribut ama ortu. Gak
lama kemudian, pacar saya ngomong kayak gini????? Ngomong bang, klo abang gak
sayang lagi ama saya dan ngomong klo abang mau putus dari saya, sambil pacar
dia menangis dan mengeluarkan air mata. Tanpa bicara banyak, saya langsung
menjawab???? Terserah ama kamu aja. Mau tau gak sobat, saya jawab kayak gitu
ama pacar saya,kenapa? Karena saya lg kesal gara2 dirumah saya. Saya juga
merasa gak enak ama ortunya, kakaknya dan orang2 di sekitar rumahnya… atas
keributan kami berdua. Tanpa banyak kata, saya langsung pergi dan pulang
kerumah saya, dengan sedikit kesal dan sedih akibat ribut dg pacar gara2
persoalan yg belum tau kebenarannya. Akibat dari kejadian tu,saya ama pacar saya
jadi putus. Akhirnya, status q jadi
lajang dan dia jadi mantan pacar saya. Sebenarnya, saya pengen sekali memberi
penjelasan ama dia, klo saya ama cewek tu gak ada hubungan apa2.klo dibilang
ngasih penjelasan ama dia,,, saya udah ngasih penjelasan…tpi, dia gak bsa
nerima penjelasan dri saya. Sebenernya sich saya tu… sangat mencintai dia dan
gak mau berpisah ama dia. Tapi apa mau dikata, mungkin perpisahan lh jalan yang
terbaik buat kami berdua, mungkin juga kami belum ditakdirkan oleh tuhan untuk
bersatu. Mungkin perpsahan adalah cara
kami untuk bisa koreksi diri satu
sama lainnya. Mungkin tak pernah saya menduga, takdir tak seindah mimpi ku…
mimpi yg selalu ingin bersama ama dia, sejenak saya tak percaya klo kami berdua
telah berpisah. Masa2 pacaran yg kami lalui slama kurang lebih 1 tahun,
sekarang hanya tinggal sebuah cerita dan menjadi sebuah kenangan. Emang bener,
kepercayaan didalam hubungan tu, sangat penting dan berarti. Sebab kunci dari
keutuhan suatu hubungan tu, terletak pada kepercayaan. Karena, didalam
kerpercayaan akan terjalin kesetiaan.
Klo boleh ju2r, rasa sayang dan rasa cinta saya ama mantan saya tu,,,,
masih tersimpan di dalam relung hati paling dalam. Tpi, mungkin karena keegoan
saya dan mungkin juga karena kami masih muda/ belum dewasa, membuat kami berdua
jadi egois dan tidak mau mengalah satu sama lain. Walau kami berdua udah
berpisah, sampai akhir nie….. kami berdua bisa berteman, walau dulu dia sempat
dendam dan tidak mau memaafkan saya. Tpi, alhamdullh sekarang kami uda sling bermaaf’an.
Oke sobat2 ku
sekalian, tu lah cerita tentang pengalaman saya ama mantan pacar saya….
Mudah2an sobat suka dg cerita yg saya buat. Pesan saya ama sobat sekalian yg lg
menjalin masa2 pacaran???? Saat kita lagi bertengkar ama pacar kita, salah satu
dari kita hrz ada yg mengalah.. biar pertengkaran tu gak berakhir dg
perpisahan. Udah tu sobat sekalian, tanam kan lah kepercayaan tu di dalam
hubungan kalian. Sebab, didalam menjalin hubungan tu, kepercayaan sangat
penting. Karena, dg kepercayaan akn terjalin kesetiaan dan akan terbentuk
keutuhan dalam suatu hubungan. Cintai lah pasangan anda dg sepenuh hati, terima
lah kekurangan dan kelebihan dia. Sebab, belum tentu yg indah akan menjadi
bahagia, belum tentu yg tak indah akan menjadi derita. Intinya sich, belum
tentu orang yg ganteng dan harta berlimpah akan membuat kita bahagia. Percuma
punya pasangan yg ganteng dan tajir, klo kita sendiri gak bahagia dan
dipermainkan. Jadi, terima lah seseorang tu
apa adanya… tanpa melihat dari latar belakangnya bagaimana. Lebih baik
kita mempunyai pasangan yg gak ganteng dan gak tajir, tpi kita akan bahagia
bersamanya. Tapi, saya doa’in dech klo sobat2 sekalian akan mendapatkan
pasangan yg ganteng dan cantik, medapatkan pasangan yg tajir… udah tu sobat
bahagia ama dia.. aminnnnn,,,, siapa sich yg gak mau punya pacar yg ganteng,
cantik dan tajir…udah tu, kita bisa bahagia ama dia. Soo pasti, sobat2 sekalian
kepengen kayak gitu. Mudah2n sobat2 sekalian mendapat kan tipe cowok dan cewek
kayak gitu. Aminnnn lagi………. He he he he
Ya udah sobat,
sampai disini dulu ya. Tunggu aja cerita saya yg lainnya, salam kenal dan salam
manis aja ama sobat-sobat semua. Good bye smua nya.
Yuukkkkkkkkkkkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Diary Depresiku
"Sialan.... " Itu merupakan kata terakhir ayah yng
di dengar oleh telingaku ini. "Semenjak permasalah itu ( saya juga tidak
tahu masalah apa) ayah sering bertengkar dengan Ibu sampai akhirnya Ibu tidak
tahan dengan kelakuan suaminya di rumah. Panci, piring bahkan pisau di lempar
oleh Ibu untuk menikap muka ayah yang tidak bisa di maafkan itu. Tidak jarang
suara itu membuat seisi rumah menjadi seperti tertimpa gempa dan tidak jarang
pula mengganggu saya sebagai anak tunggal yang tidak punya saudra kandung ini
tergangggu saat belajar. Untuk mendapat kan nilai 6 aja susah apalagi harus
diatas KKM ( ketuntasan setiap mata pelajaran), itulah yang aku alami sebagai
seorang pelajar di sekolah. Sekolah swasta yang aku tempati sekarang ini telah
menvonisku untuk tidak naik kelas ke kelas XI tahun depan.
Walaupun aku telah meminta kepada orang tua ku untuk
memanggil guru les tapi permintaan itu bagaikan angin yang berhembus dari
telinga kiri ke telinga kanan. Mereka hanya memikirkan pertengkaran mereka, aku
pun sebagai anak nya tidak lah tinggal diam, dengan kenyataan seperti ini.
Walau harus terdorong oleh ayah, terlempar piring ibu aku setiap harinya harus
melerai mereka. Meski ini merupakan hal sia-sia, karena pertengkaran ini akan
bersambung di keesokan harinya setelah ayah pulang dari kantornya. Aku harus bagaimana? Tidak ada cara untuk
mereka selain memisahkan keduanya seperti air dan minyak yang telah lama
bersatu lalu di pisahkan.
Ya....
Sudahlah tidak usah di pikirkan lagi. Setelah 2 minggu aku memikirkan cara
untuk memperbaiki hubungan mereka Ayah
sudah tiada, sebelum ibu ingin menceraikannya ,ayah meminum obat serangga di
kamarnya terlebih dahulu. Lalu sejak itu semua berubah, mulai dari suasana di
rumah menjadi begitu sepi dan kosong seperti tidak ada kehidupan, karena Ibu
terus bekerja untuk menghidupi aku dan dirinya yang sudah hampir bau tanah itu.
Ya ini tidak berlangsung lama kekosongan kepala keluarga dirumah akhirnya
menjadi lebih suram dan hening ketika ibu dan aku memberi rumah ku kepada dept
kolektor, yang menagih utang-utang ayah yang begitu banyak.
Diakhir
bulan setelah sepeninggal ayah kami pindah menuju ke tempat yang lebih kecil
dari rumah kami sebelumnya. Namun karena ibu hanya mempunyai uang untuk
kehidupan sehari-hari, aku pun terpaksa untuk putus sekolah dari sekolah swasta
aku itu. Tapi berbagai masalah terjadi ketika kami pindah ke rumah kecil itu,
usaha dagang nasi goreng Ibu yang setiap harinya aku ikut membantu memasak
akhirnya bangkrut karena rasanya yang tawar. Sedangkan kami harus menyetor uang
sewaan kepada pemilik rumah kecil yang kami tempati. Pada akhir ketika ibu
tidak tahan dengan masalah yang datang bertubi-tubi menimpa kami, Ia pun
mengikuti cara suaminya yang sangat berdosa dimata tuhan itu. Dengan tindakan
yang di lakukan oleh orang tua ku memang membuat ku lebih menderita, tidak ada
keluarga dan saudara ku yang menerima ku selayaknya anak mereka. Mereka hanya
membirkan kan ku seperti ini.... Ya..... Seperti ini. Sebagai anak jalan.......
"Hah.......
Ternyata hanya mimpi masa lalu ku" aku terbangun dari meja bar sisa mabuk
semalam. Iya, memang aku selalu membeli botol berisi alkhohol 7% untuk
menghilangkan ingatan masa lalu ketika aku masih melihat, mendengar merasa
pertengkaran mereka dirumah menusuk jauh di lubuk hati ku ini. Bahkan untuk
melupakan mereka aku hampir ingin bunuh diri dengan menggoreskan kaca di
lenganku ini. Sekitar pukul sepuluh aku membayar minuman ku dari uang mencuri
ku di bank kemarin dan keluar dari bar tersebut.
Aku
pun berjalan dengan tenang dengan memakai sebuah kaos , jaket , celana jin dan
tas tenteng yang kira-kira sebesar tas sekolah yang berisi uang curian. Aku
mencuri karena untuk memenuhi kebutuhan hidupku termasuk membeli alkhohol itu
dan beberapa barang haram lainnya. Aku
berjalan melalui jalan kecil yang tidak tahu kemana arahnya, aku mengambil
jalan ini karena sekarang aku menjadi buronon yang dikejar polisi. Sepanjang
jalan aku melihat sebuah keluarga yang ceria berada didalam sebuah rumah.
Dengan
canda tawa dan terasa sekali kehangatan yang terjadi saat itu. Sesekali aku
berkata pada hati ku ini "kapan aku seperti dulu lagi? dan ke luar dari
perangkap depresi ku ini, aku iri pada kalian yang mempunyai banyak ketentraman
dan kenyamanan didalamnya" tapi itu percuma saja sekarang aku dan diriku
ini sudah tidak memiliki harga diri lagi dan aku ini juga buronan yang ingin di
jebloskan ke dalam penjara. Maka Tidak lah heran aku berjalan dengan jantung
yang berdebar-debar dan keringat yang sesekali menucur merintik di wajah ku ini
sambil mengingat-ngiat kesalahan ku kemaren dan berbagai ke irian ku ingin
kembali ke masa lalu
Belum
selasai aku memikirkan kesalahan itu. Tiba-tiba seseorang meneriakan "Itu
dia orangnya" aku pun melihat kebelakang, ternyata orang tersebut adalah
seseorang yang aku kenal. Dialah yang penjaga bank yang aku curi kemarin dengan
luka di kakinya karena aku pukul dan ditemani 2 orang polisi di sisi kanan dan
kirinya. Setelah sedetik aku terkejut melihat mereka aku langsung berbalik arah
dan lari secepatnya. Lalu dua polisi itu ikut mengejar, aku lari dengan cepat
tanpa tujuan yang jelas di jalan sempit itu, tidak jarang aku menyenggol
seseorang sampai terjatuh atau pun menumpah kan jualanan orang yang sedang
jualan di jalan tersebut.
Akhirnya
setelah berlari beberapa lama aku sampai di tempat yang luas seperti lapangan
sepak bola, lalu aku terjatuh dan sesuatu menancap dikakiku sehingga aku tidak
bisa berdiri. Aku pun panik karena polisi yang mengejarku itu semakain dekat
dan dekat. Sekarang polisi itu sudah tinggal 2 meter di depan ku. Karena aku
sudah tidak bisa berdiri dan hanya terlentang pasrah di lapangan itu, aku
mengeluarkan pistol yang aku ambil dari penjaga bank tadi. Lalu tanpa berfikir
panjang "door.... Door..." Dua peluru aku tembakan ke polisi
tersebut, seketika kedua polisi tersebut tewas di depan aku dengan peluru di
kepala dan di perutnya. Aku langsung gemeratan melihat kedua mayat polisi itu
tegeletak tepat di depan kaki ku.
Aku
langsung kabur takut ketahuan oleh penduduk sekitar. " Apa yang telah ku
lakukan? Aku telah membunuh dua orang manusia yang tidak bersalah itu" aku
merasa sangat bersalah sekali tentang kejadian ini. Aku menjadi buronan yang
lebih berbahaya sekarang. Setelah beberapa ratus meter aku lari di gang sepit
dengan luka di kakiku ini. Aku kembali ke jalan besar yang tidak jarang aku
lewati. Dengan nafas yang tersengal-sengal dan hati yang sedih telah membunuh
orang aku melihat di depan ku sekolah ku.
Ternyata jalan itu, jalan yang sering aku
lihat di depan sklh ketika aku masih sekolah dulu.
Perasaan
ku menjadi sangat sedih, teringat masa sekolah dulu bersama teman2 belajar,
bermain atau nakal bersama di sekolah. Karena hari itu hari minggu tidak ada
siswa dan penjaga di sekolah, aku pun langsung memanjat pagar sekolah dan masuk
ke dalam. Tidak ada pikiran kalau aku ini buronan, ingatan ku kembali ke masa
lalu dimana aku masih di sklh swasta ini. Sudah sekitar 3 bulan aku
meninggalkan sekolah.
Didalam
sekolah aku langsung menyusuri koridor demi koridor sekolah. Setiap aku
berjalan dalam kesakitan tertancap paku di koridor, kelas demi kelas aku
teringat kenangan dengan teman-teman, aku pun selalu meneteskan mata ketika
kenangan itu mengalir di kepala ku. Hingga aku mencapai kelas dimana terakhir
kali nya aku betemu temanku, di depan pintu yang tertulis X-1 aku terdiam
dalama lamunan kenangan .
Selanjutnya
aku masuk kekelas itu. Di dalam aku duduk dimana terakhir aku duduk di kelas
dan menangis sedemikan sedih dengan ke adaan ini. Disini aku menjadi depresi
berat akan kesalahanku selma ini. Tanpa di sadari aku meminum obat serangga ku
yang ada di kantong celana ku, penglihatan semakin lama semakin kabur dan tidak
terlihat lagi tepat 5 menit setelah
meminum obat itu. Lalu aku terjatuh dan tertidur di depan meja yang aku duduki.
Setelah beberapa lama aku terbangun dan betapa kagetnya melihat ayah dan ibu ku
di depan meja ini. Aku melihat mereka dengan wajah yang amat marah dan tanpa
sepatah kata mereka ucapkan. Tiba-tiba mereka menarikku dan mengajak ku keluar
ke luar kelas, namun setengah perjalanan aku mengok ke belakang, aku melihat
badan ku masih terlihat tergeletak di meja itu.
KETIKA CINTA BICARA (cerpen)
Celia masih terus menangis di kamar
mandi yang terletak di dalam kamarnya, juga masih dengan guyuran air yang
mengalir dari shower. Dua testpack yang berbeda merek itu masih ia genggam
dengan eratnya. Namun ketika ia menyadari bahwa hal ini sudah terlanjur terjadi
dan tidak perlu ia sesali, ia segera mengganti pakaiannya yang basah, dan
menghubungi seseorang yang ingin ia temui.
“Ada waktu sebentar ngga?!” ucapnya
saat mencoba menelepon Yogi, seseorang yang dimaksud.
“Kenapa Cell?” singkatnya.
“Ada yang ingin aku omongin, Gi..”
lanjutnya lirih.
“Oke, aku ada di rumah kok..”
sambungnya.
Wanita ini kemudian mengeringkan
rambutnya dengan hairdryer, memoles wajah manisnya dengan sedikit bedak dan
lipgloss, juga memberikan sentuhan minyak wangi pada tubuhnya. Lalu dengan
terburu-buru ia menggas maticnya menuju tempat tujuan.
“Tiiiiinn ..” Celia membunyikan
klakson mobil sesampainya di depan rumah Yogi. Tidak lama kemudian Yogi keluar
dari rumahnya dan menghampiri Celia yang masih berada di dalam mobil.
“Apa kabar Cel?” tanyanya sembari
membukakan pintu mobil untuk Celia. Celia lalu tersenyum. “Loh, wajah kamu
pucet banget, kamu sakit?” lanjutnya sedikit panik. “Masuk yuk!” ajaknya
sembari menuntun Celia menuju rumahnya. “Kamu duduk di sini, aku ambil minum
dulu ya..” sambungnya.
Celia memegang lengan Yogi,
menahannya yang hendak beranjak menuju dapur. “Ngga usah, Gi..” ucapnya lirih.
Kemudian mereka duduk bersebelahan
di kursi yang sama. “Kamu beneran ngga apa-apa?” tanya Yogi sekali lagi ingin
memastikan keadaan Celia.
Celia menganggukkan kepalanya,
berusaha menunjukkan dirinya dalam keadaan baik. “Gi, aku mau tunjukkin
sesuatu..” ucapnya tanpa basa-basi.
“Apa?” singkat lelaki yang masih ia
cintai ini.
Celia mengambil sesuatu dalam tasnya
dan kemudian memberikan sebuah benda kecil itu pada Yogi. Yogipun menerima
barang itu dengan sedikit rasa tidak menyangka.
“Testpack?!” tanya Yogi dalam hati.
Yogipun memperhatikan baik-baik benda itu, kemudian ia melihat dua garis merah
yang terlihat jelas. “Maksud kamu? Ini ..” ucap Yogi seolah tidak mengerti,
lalu sejenak ia terdiam. “Kamu..” lanjutnya ingin menebak apa yang dimaksud
Celia.
“Gi, semenjak aku married, aku ngga
pernah “ngelakuin” apapun sama dia..” sambung Celia. “Aku ngga bisa…” ucap
Celia berkaca-kaca dan lalu terdiam. “Tapi kamu ngga lupa kan, apa yang udah
kita lakuin sebelum aku married?” lanjutnya lagi sembari meneteskan air mata.
Yogi terdiam sembari menatap barang
yang masih ia genggam. “NGGA MUNGKIN, Cell!! Kamu yakin?!” tanya Yogi masih
belum percaya.
“Terus kalo bukan kamu siapa lagi
yang bikin aku kayak gini?” tanya Celia sembari menunjuk perutnya yang mulai
berubah. “Sementara aku ngga pernah “ngapa-ngapain” sama suami aku sendiri!”
lanjutnya.
“Dia.. suami kamu tau masalah ini?”
tanya Yogi terbata-bata.
“Kamu gila ya, kalo dia sampe tau,
dia bakal bingung sendiri karena dia ngga pernah nyentuh aku sama sekali!”
jawab Celia sedikit emosi. “Oke, kalo kamu pikir aku bohong, sekarang juga aku
bisa tes ulang di depan kamu..” lanjutnya sembari menunjukkan testpack yang
masih terbungkus.
“Ngga perlu, Cell!” singkatnya.
“Kita ke dokter sekarang juga!” lanjutnya panik.
“Iya itu lebih baik, supaya kamu
dapet kejelasan dan bisa hitung usia kehamilan aku ini!” jawab Celia tegas.
Dengan menggunakan mobil Celia,
merekapun menuju dokter kandungan terdekat. Di depan matanya sendiri, Celia
diperiksa oleh dokter yang cukup handal. Setelah memberitahu usia kehamilan
Celia, dokterpun memberikan sedikit pesannya. “Selamat ya Pak, dijaga baik-baik
istri dan calon anaknya. Jangan lupa untuk rutin check-up”.
Diperjalanan pulang, mereka terdiam.
Celia menangis kebingungan, ia tak tahu pertanggungjawaban seperti apa yang
harus ia berikan kepada keluarganya. Sesekali Yogi mengelus perut Celia,
sesekali juga Yogi menggenggam tangan Celia, sembari terus menyetir mobil
menuju rumahnya kembali.
“Kamu masih ragu?” tanya Celia
disertai isak tangisnya.
Yogi menatap Celia dan kemudian
menggelengkan kepalanya. “Sabar ya, kita cari dan kita pikirin jalan keluarnya”
ucap Yogi menenangkan Celia. “Maafin aku, harusnya aku ngga lakuin itu”
lanjutnya menyesal.
Di rumah Yogi, merekapun berusaha
keras mencari jalan keluarnya. “Yang pasti, baby ini harus tetap hidup. Dia
harus lahir, Cel..” ucap Yogi sembari mengelus perut Celia lagi.
“Aku juga ngga pernah terpikir untuk
bunuh bayi ini, Gi..” jawab Celia sembari menghapus air matanya. “Aku cuma
bingung untuk ngomong sama semua orang di rumah..” lanjutnya.
“Aku nyesel.. Kenapa waktu itu aku
rela ngelepas kamu, untuk nikah sama orang lain yang ngga kamu cinta? Kenapa
aku biarin kamu, ngga bahagia sama dia? Kenapa aku harus mundur dan ngalah demi
terlaksananya rencana keluarga kamu itu?!” ucapnya emosi dan penuh sesal. Yogi
menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia terlihat berpikir keras mencari
jalan terbaik. “Harusnya aku yang ada di posisi dia, harusnya aku jagain kamu
setiap saat disaat kamu.. mengandung anak aku, harusnya ..”
“Gi, tadinya aku juga ngga bisa
terima kenyataan bahwa di perut aku ini..” jelasnya terbata-bata. “Tapi apa
yang bisa kita lakuin, ini semua udah terjadi!! Ngga ada yang bisa disesalin,
Gi..” ucap Celia saat melihat Yogi mulai resah, marah, dan bingung. “Dalam
kondisi seperti ini, kita ngga akan bisa mikir apa-apa. Butuh waktu untuk
dapetin jalan keluarnya..” lanjutnya sembari mengelus lengan lelaki ini. “Aku
harus pulang, Gi..” sambungnya.
Yogi membelai rambut Celia kemudian
membawa Celia bersandar di bahunya. “Jangan ada yang tahu masalah ini, siapapun
termasuk sahabat kamu sekalipun. Kita harus bisa sama-sama jaga baby ini sampai
dia lahir..” ucap Yogi sembari terus mengelus rambut Celia yang panjang
tergerai.
“Kamu harus istirahat yang banyak
ya..” pesan Yogi saat mengantar Celia menuju mobilnya. Celia lalu masuk ke
dalam mobilnya, ia membuka kaca jendela sembari menyalakan mobilnya. “Jangan
terlalu capek..” pesannya lagi. Celia tersenyum, kemudian pergi dari
hadapannya.
“Gue tau ini kesalahan terbesar
dalam hidup gue! Gue salah besar!” ujarnya dalam hati saat ia berjalan menuju
kamarnya yang berada di lantai dua. “Harusnya gue ngga terbawa suasana waktu
itu, karena saat itu gue udah tau dia pasti jadi milik orang lain! Tapi kenapa
gue lakuin itu?!” lanjutnya sembari menjatuhkan tubuhnya di ranjang. “Shitt!!
Sekarang ini dia udah jadi istri orang lain, sementara anak gue anak di dalem
perutnya. Apa bisa gue jagain anak gue dan orang yang harusnya jadi istri
gue?!!” tanyanya lagi. “Tapi apa bener itu anak gue? Ngga mungkin juga Celia
ngada-ngada..” sambungnya. Yogi kemudian memejamkan matanya, ia teringat
kembali dan terbayang satu minggu yang indah bersama Celia, dimana mereka
saling “bicara” tentang perasaan mereka masing-masing.
Saat itu, satu minggu sebelum hari
pernikahan Celia, gadis ini mendatangi Yogi dan memberanikan diri untuk berkata
jujur tentang perasaannya yang sudah bertahun-tahun ini ia pendam. Ia akan
dijodohkan oleh orang tuanya, maka ia merasa harus jujur agar hatinya lega dan
juga agar ia tenang menjalani rumah tangganya nanti bersama pria pilihan
orangtuanya.
Yogi, saat itu tidak menyangka bahwa
wanita yang selama ini juga ia perhatikan, ternyata memiliki perasaan yang sama
dengannya. Penyesalanpun akhirnya menggerogoti pikirannya saat itu. Ia menyesal
tidak sedari dulu menyatakan perasaannya, karena terlalu gengsi dan terlalu
pengecut untuk bicara cinta.
Memendam cinta secara bersamaan, itu
adalah hal yang tidak pernah mereka bayangkan. Jika Celia tidak datang terlebih
dahulu untuk mengutarakan perasaannya, mungkin merekapun tidak akan tahu
kenyataan yang ada, bahwa ternyata perasaan itu sama-sama ada di dalam hati
mereka. Merekapun akhirnya memutuskan untuk bertemu setiap hari di sisa waktu
yang Celia miliki. Pertemuan mereka terjadi di rumah Yogi, yang saat ini
menjadi tempat penuh kenangan bagi Celia. Banyak hal yang mereka bicarakan di
sisa waktu itu. Bicara masa lalu saat sama-sama di bangku SMA, dan tentu saja
bicara perasaan yang ada pada Celia juga Yogi, yang selama ini hanya mereka
pendam dan hanya mereka rasakan dalam hati. Hingga akhirnya saat itu mereka
larut dalam suasana.
Setelah satu minggu mereka habiskan
bersama dan setelah hari pernikahan Celia tiba, Yogi pikir ia tak akan pernah
bisa lagi berkomunikasi, bertemu, bahkan menjalani hidup bersama wanita yang
semula hanya ada dalam khayalannya ini. Namun ternyata masalah besar hadir,
yang merupakan efek dari perbuatannya. Yogi tidak berkeinginan untuk
menghilangkan masalah itu, ia malah ingin mencari jalan keluarnya agar ia bisa
bertanggungjawab sepenuhnya.
“Astagfirullaaahh..” ucapnya
beristighfar menyadari kesalahannya.
Ia mengambil air wudhu, dan mengadu
pada-Nya. Setelah meminta petunjuk, ia kemudian merapikan diri untuk beranjak
dari rumahnya, entah kemana. Dengan motornya, ia mengunjungi beberapa teman di
tempat tongkrongannya yang biasa. Namun gelisah selalu terlihat di wajahnya,
iapun meninggalkan sahabat-sahabatnya untuk pergi menyendiri.
Diperjalanan, ia melewati
supermarket dan ingin membeli sesuatu di dalam sana. Setelah memarkirkan
motornya, iapun masuk ke dalam toko. Ia menuju rak susu dan memilih merek susu untuk
ibu hamil yang biasa ia lihat di iklan. “Ini untuk Celia..” ucapnya dalam hati
sembari tersenyum bahagia. Ya, di dalam kebingungannya, terselip juga
kebahagian karena ia merasa akan menjadi seorang ayah. Setelah itu, ia menuju
rak buah-buahan dan membungkus beberapa jenis buah. Kemudian tanpa
berlama-lama, ia menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
Tanpa pikir panjang, ia menuju rumah
Celia untuk memberikan bawaan yang sudah ia beli tadi. Namun ketika ia berada
di gerbang rumah ibu dari calon anaknya ini, ia melihat mobil milik suami Celia
terparkir di garasi rumahnya. Bukan berarti pengecut, tetapi demi kebaikan
Celia, ia segera pergi dan menjauh sebelum ada yang melihat kedatangannya. Ia
lalu menuju rumahnya yang tidak jauh dari rumah Celia, ia simpan baik-baik
plastik belanjaan yang ia bawa.
“Cel..” isi pesan singkat Yogi.
Dengan sabarnya ia menunggu balasan dari Celia.
“Ya Gi, kamu baik-baik aja kan?”
balas Celia khawatir.
“Aku baru pulang dari rumah kamu..”
balasnya lagi, kali ini ia membuat Cella terkejut. Kemudian Cella
sembunyi-sembunyi menghubungi lelaki ini.
“Baru dari rumah aku, maksud kamu?”
tanya Celia sedikit berbisik.
“Kamu tenang aja, aku ngga sebego
itu kok. Aku liat mobil suami kamu, jadinya aku balik lagi” jelasnya.
“Kamu mau nemuin aku?” lanjut Celia
masih berbisik.
“Mau
temuin anak aku…” ucap Yogi, membuat calon ibu ini tersenyum bahagia. Ya, Yogi
memang lelaki yang bisa membuatnya tersenyum bahagia.
***
Pagi ini, tidak lama setelah suami
Celia berangkat ke kantor, bell di rumahnya berbunyi. Masih dengan pakaian
tidurnya, ia lalu membukakan pintu. Namun ia tidak bertemu dengan siapapun,
sejenak ia bingung dan sedikit ketakutan. Lalu ketika ia akan menutup kembali
pintu rumahnya, tepat di atas keset yang terletak di depan pintu, ia menemukan
kotak berhias pita. Lalu diambilnya kotak itu dan iapun masuk ke dalam rumah.
Ia tersenyum begitu mengetahui isi
kotak itu berupa susu untuk ibu hamil, juga beberapa macam buah-buahan.
“Yogi..” ucapnya. Ia berjalan ke dapur sembari membawa kotak itu. Disimpannya
buah-buahan ke dalam lemari pendingin. Dibuatnya satu gelas susu pemberian
Yogi, ini pertama kalinya ia meneguk susu untuk calon buah hatinya. Dan lalu ia
sembunyikan kotak susu itu ke dalam lemari yang ia pikir jarang sekali disentuh
oleh siapapun.
“Makasih ya, Gi..” ucapan pertamanya
ketika menghubungi Yogi lewat telepon genggamnya. “Kamu udah bikin surprise aja
pagi-pagi..” sambungnya sembari masih tersenyum.
“Aku mau kamu selalu senyum kayak
gitu, jangan sampe kamu stress, itu bakal bikin baby kita ikutan stress loh..”
jelasnya sembari terus menggas motornya.
“Kamu lagi di jalan ya?” tebak Celia
ketika mendengar suara bising.
“Aku kan dari rumah kamu, jadi aku
masih on the way menuju kantor..” lanjutnya lagi.
“Sekali lagi makasih ya, nanti aku
calling lagi..” ucapnya mengakhiri pembicaraan.
***
Satu bulan berlalu, Celia dan
suaminya masih saja belum melakukan hal yang dilakukan suami istri pada
umumnya. Perut Celiapun semakin terlihat membesar setiap harinya. Dan Yogi
masih selalu mengingatkan Celia agar ia menjaga calon buah hati mereka. Namun
hari ini sepertinya suami Cella merasakan hal yang berbeda.
“Kamu ngga niat kerja di kantorku?
Kebetulan di bagianku lagi butuh sekretaris..” ucap Robi menghampiri Celia yang
tengah menonton televisi. Ia lalu duduk disebelah istrinya ini.
Celia menggelengkan kepalanya “Untuk
apa?” singkatnya sembari terus menonton tayangan televisi, tanpa sedikitpun
menoleh ke arah Robi. “Toh mamaku juga larang aku untuk kerja lagi!” jawabnya
sembari memindahkan chanel televisi lewat remote yang dipegangnya.
“Aku liat badan kamu gemukan, aku
pikir mungkin karena kamu setiap hari dirumah..” lanjut Robi sembari menikmati
cemilan yang terletak di meja, dihadapannya. Celia terdiam mendengar ucapan
Robi, ia khawatir Robi mulai memperhatikan badannya. “Maka dari itu aku tawarin
kamu kerja supaya kamu bisa lebih jaga tubuh kamu” sambungnya.
“Maksud kamu..”
“O.. bukan, aku sama sekali ngga
masalah dengan tubuh kamu. Gemuk atau langsing ngga akan merubah apapun. Aku
terima kamu apa adanya, maaf kalo aku salah ngomong..” sambungnya segera
memotong pembicaraan Celia.
Celia pergi menuju kamarnya, ia
tidak ingin berlama-lama berdebat dengan lelaki pendampingnya ini. Ia duduk di
depan meja riasnya, menatap dirinya, ia pegangi pipinya yang mulai chubby,
perutnya yang tampak berisi, juga tubuhnya yang akhir-akhir ini mudah lelah
padahal ia tidak melakukan aktifitas berat. “Aku kok jadi jelek banget sih,
chubby, gendut!!” ucapnya sedikit kecewa.
“Maaf, bukan maksud aku untuk
menyindir..” ucap Robi menyusul Celia ke dalam kamar. “Aku ngerti, mungkin kamu
ingin di rumah, jadi ibu rumah tangga yang baik. Iya kan?” tanya Robi sembari
duduk di sofa tepat disebelah meja rias Celia.
Celia menatap Robi dan ia berkata
dalam hati “Seandainya kamu tahu apa yang terjadi dan seandainya kamu tahu apa
yang aku alami. Kamu pasti sakit, sama sakitnya seperti yang aku rasakan waktu
mama dan papa maksa aku untuk nikah sama kamu!”
“Kamu maafin aku kan, Cel?!” ucap
Robi menghentikan lamunan Celia. Celia berusaha tersenyum membuat hati Robi
sedikit lega. Robi lalu keluar dari kamar itu, membiarkan Celia seorang diri.
Celia meneteskan air mata, ia
menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. “Apa yang harus aku ucap dan apa yang
harus aku jelasin sama Robi juga sama keluarga aku? Masalah ini terlalu berat
dan ngga akan ada yang bisa mengerti dan memaklumi aku…” pikirnya lagi sembari
mengelus perutnya, ia rindu belaian Yogi, seseorang yang ia harapkan ada
disisinya.
***
Hari selanjutnya, Robi menemukan
satu lagi hal yang tidak biasa, yang membuatnya mengernyitkan dahinya. Malam
itu, Robi kedatangan tamu di rumahnya. Ia pikir pembantu di rumah sudah tidur,
ia lalu tidak keberatan membuat teh hangat seorang diri untuk menjamu tamunya.
Ia hanya sedikit kesulitan mencari teh celup, ia mencari kesemua lemari dapur.
Namun ketika membuka lemari yang keempat, ia menemukan satu kotak susu
bergambar seorang ibu yang sedang mengandung. Terkejutnya ia melihat kotak itu,
iapun bertanya-tanya siapa yang meminum susu itu? “Si Bibik, ngga mungkin. Dia
belum menikah kan?” ucapnya dalam hati. Namun ia tak memperdulikannya, ia
segera mencari kembali teh celup yang ia cari, segera membuatnya, dan menyuguhi
tamunya.
Semalaman Robi memikirkan pemilik
kotak susu itu. “Ini kayaknya harus aku selidiki..” ucapnya sembari
mengembalikan kotak susu itu ke dalam lemari semula.
***
Hari ini Celia menghampiri Yoga, ia
sudah tidak bisa menahan rindunya pada sosok lelaki itu, iapun harus segera
membicarakan solusi untuk masalah ini. Merekapun membuat janji bertemu di rumah
Yogi.
“Kamu bisa dateng sepagi ini?!” ucap
Yogi ketika membukakan pintu untuk Celia.
Celia tersenyum dan memeluk sosok
dihadapannya itu. “Aku kangen…” singkatnya. Yogipun membalas pelukan Celia.
“Kita masuk ya, ngga enak kalo ada
tetangga yang liat..” ajaknya sembari menuntun lengan Celia. “Gimana keadaan
kamu?” lanjutnya sembari mengajak Celia duduk di ruang tengah rumahnya.
“Kayak yang kamu liat deh, Gi. Aku
jelek, gemuk..” jawabnya sembari menundukkan wajahnya.
Yogi tertawa kecil dan berusaha
membangkitkan rasa pecaya diri Celia. “Mamanya anakku ini cantik kok, siapa
bilang jelek?!” ucapnya sembari mengelus pipi Celia. Celiapun tersenyum dan
kembali memeluk lelaki disampingnya ini.
“Gi, kemarin dia bilang badan aku
gemukan. Aku khawatir dia tau keadaan aku..” jelasnya saat Yogi mengambil roti
di meja makannya.
“Ooh.. jadi dia yang bikin mamanya
anakku ini jadi ngga PD? Iya?!” lanjut Yogi sembari kembali duduk di samping
Celia. “Ngapain dipikirin omongannya dia? Makan dulu yaa, kamu pasti belum
sarapan kan?” sambungnya menenangkan Celia dan lalu menyuapinya.
“Masalah ini gimana ya?” singkat
Celia sembari memegangi perutnya.
“Cel, sebenernya aku udah nemu jalan
keluarnya. Kamu bener, perut kamu emang semakin membesar..” ucapnya sembari
mengelus perut Celia. “Sepintar apapun kita menyembunyikan masalah ini, suatu
saat pasti akan ketahuan. Dan sebelum mereka semua tahu, lebih baik kita yang
jujur kan?” sambungnya.
“Maksud kamu, aku harus ngomong sama
orangtua aku kalo aku ternyata lagi hamil, kalo aku bakal kasih mereka seorang
cucu, tapi dari laki-laki yang engga pernah mereka tahu sebelumnya, bukan dari
suamiku? Gitu?!!” tanyanya panjang lebar. “Aku ngga bisa..” lanjutnya kembali
meneteskan air mata.
“Lebih baik gitu, sayang..” singkat
Yogi sembari menggenggam tangan Celia, ia juga berusaha menenangkan emosi
wanita ini.
“Tapi gimana jadinya orangtua aku
nanti? Kalo mereka tiba-tiba sakit gimana? Kalo aku dipecat jadi anaknya mereka
gimana? Atau kalo kamu dilaporin ke polisi gimana? Aku belum siap untuk
jujur..” sambungnya lagi.
“Cel, itu resiko kita! Kita udah
buat kesalahan ini, dan orangtua kamu juga salah kan udah maksa kamu nikah
dengan orang yang ngga pernah kamu cinta?!” sambung Yogi.
“Apa aku harus minta pengertian dia
dan kerja sama untuk nyembunyiin ini dari orangtua aku?!” pikirnya.
“Maksud kamu, kamu mau bilang sama
dia bahwa kamu mengandung anak aku?” lanjut Yogi nampak tidak menyetujui ide
Celia. “Sementara itu kamu minta sama dia untuk pura-pura jadi ayah dari anak
aku? Aku ngga setuju!” sambungnya.
“Atau mungkin aku emang harus pergi
dari kamu, Gi..” singkatnya.
(Apalah arti cinta bila aku tak bisa
memilikimu. Apalah arti cinta bila pada akhirnya tak kan menyatu. Sesulit
inikah jalan takdirku, yang tak inginkan kita bahagia. Bila aku atak berujung
denganmu, biarkan kisah ini ku kenang selamanya. Tuhan tolong buang rasa
cintaku, jika tak kau ijinkan aku bersamanya. Inilah saatnya ku harus
melepaskan dirimu : Apalah Arti Cinta by SHE)
Yogi lalu memeluk Celia “Aku yakin
kamu ngga akan bisa lupain aku, Cel. Aku ini ayah dari anak kamu..” ucapnya
sembari melepas pelukannya. “Pasti masih ada jalan keluar yang lain, tanpa kita
harus berpisah lagi..” sambungnya sembari menghapus air mata Celia.
(Bila masih ada kesempatan untuk
kita bertemu disini hari ini. Bila masih ada waktu untukku dengannya, kembali
bersama dengan dirinya. Mungkinkah saat itu kan datang? Oh Tuhan berikan aku
waktu dengan dirinya : Bila Masih Ada Kesempatan by Pinkan Mambo).
Sore harinya Celia pamit pulang
karena ia ingin sampai di rumah sebelum suaminya pulang. Setelah beberapa saat
Celia keluar dari rumah Yogi, tiba-tiba bell rumahnya berbunyi kembali. Ia
membukakan pintu, lalu ia terkejut dengan kedatangan Robi.
“Robi?” ucapnya terkejut. “Sabar..
Kita ngobrol di dalam..” lanjutnya panik dan berusaha menenangkan Robi. Ia lalu
mempersilahkan suami Celia ini untuk duduk. “Gue siap jelasin apapun yang loe
tanya..” sambungnya.
Robi bingung apa yang dimaksud Yogi,
ia hanya ingin tahu siapa pemilik rumah yang dikunjungi istrinya dan apa
penyebab istrinya datang ke rumah itu.
“Apa hubungan loe sama Celia?!”
singkatnya. “Dan ada apa Celia kesini?!” lanjutnya penasaran.
“Ok gue jelasin..” sambungnya.
“Sorry, gue sama istri loe saling mencintai..” jawabnya tanpa basa-basi.
Robi terkejut mendengarnya, namun ia
berusaha menahan amarahnya demi terjawab semua pertanyaan dalam hatinya. “Gue
tahu pacarnya yang terakhir sebelum dia married sama gue, dan itu bukan loe?!”
lanjutnya. “Sejak kapan kalian saling mencintai?!” sambungnya lagi.
“Ya, gue emang ngga pernah pacaran
sama dia dan sebelumnya gue ngga pernah nyangka ini akan terjadi sama gue..”
ucapnya memulai penjelasannya. “Ngga pernah terbayang di benak gue untuk
mencintai seseorang yang akan menjadi istri oranglain, dan perasaan itu masih
terus ada sampai hari ini..” Yogi terus menjelaskan panjang lebar tentang ia
dan Celia. Iapun merasa ini waktu yang tepat untuk membongkar semuanya.
Robi pulang dengan hati yang sedikit
lega, namun sakit. Ia lega karena semua pertanyaannya terjawab sudah, ia tahu
mengapa Celia tidak pernah menganggap dirinya, bahkan ia tahu mengapa semakin
hari badannya semakin terlihat gemuk. Namun ia sakit, sakit karena harus rela
menerima kenyataan ini.
Sesampainya di rumah, ia masih
terlihat murung. Celia yang sedang duduk di depan meja riasnya, tengah
membersihkan wajahnya dari make-up, ingin menanyakan apa yang terjadi pada
lelaki itu. Setelah Robi mengganti pakaiannya, tiba-tiba Robi duduk di sofa
yang terletak di samping meja rias Celia.
“Cel..” singkatnya masih dengan
wajah murungnya. Celia terdiam sembari terus menatap dirinya pada cermin
dihadapannya. “Cel, Please, kali ini aja kamu denger aku!” lanjutnya sedikit
membentak. “Kali ini aja liat mata aku! Kapan sih aku minta-minta sama kamu?!”
sambungnya lagi.
Celia Nampak kebingungan dengan
tingkah Robi kali ini. Selama Celia satu atap dengan suaminya ini, Robi adalah
lelaki yang tidak pernah sedikitpun menunjukkan emosinya. Namun Robi menahan
emosi dan menahan apa yang ingin ia sampaikan pada Celia, istrinya.
***
Pagi ini setelah sarapan pagi, Robi
meminta Celia untuk ikut ke kantornya. Ia mengatakan bahwa hari ini akan ada rekreasi
dari kantor dan diwajibkan membawa keluarga. Karena ia merasa tidak enak dengan
kejadian semalam, iapun menuruti keinginan Robi tersebut.
Diperjalanan mereka terdiam, namun
seketika Celia menyadari sesuatu.
“Kita mau ke kantor kan? Kenapa
lewat sini?” tanya Celia saat menyadari itu adalah jalan menuju rumah Yogi.
Robi terdiam dan terus menyetir mobilnya. “Bi..” lanjutnya sembari menatap ke
arahnya. Robipun menatap isrtinya dan menarik nafas panjang. Celia semakin
panik ketika mereka sampai tepat di depan rumah Yogi.
“Aku minta kamu ikut aku ke dalem..”
singkatnya yang kemudian terlebih dahulu keluar dari mobil dan berjalan menuju
rumah Yogi.
Yogipun membukakan pintu setelah ia
mendengar suara bell. Celia yang masih berada di dalam mobil berusaha
menguatkan dirinya. Ia lalu keluar dan menghampiri dua lelaki itu. Yogi
mengajak kedua tamunya untuk masuk ke dalam rumah. Dan tanpa berlama-lama, Robi
menjelaskan semuanya.
“Gue ke dalem dulu, ya..” ucap Yogi
yang akan beranjak meninggalkan Celia berduaan bersama suaminya.
“Loe tetep disitu, Gi..” jawab Robi
menahan Yogi. “Cel, sebelumnya aku minta maaf, kemarin aku ikutin kemana kamu
pergi. Dan tujuan kamu, ternyata ke rumah ini..”
“Bi, aku..”
“Cel, biar Robi ngomong dulu ya..”
saran Yogi menghentikan Celia yang juga ingin memberikan penjelasan.
“Aku berusaha tenang untuk mendengar
penjelasan dia, dari awal sampai akhirnya seperti ini..” lanjutnya. Celia
menundukkan kepalanya, bagaimanapun Celia merasa tidak enak pada lelaki ini.
“Aku rasa wajar selama ini kamu ngga pernah bisa terima aku, selama ini kamu
ngga pernah memperlakukan aku sebagai suami kamu..”
“Aku minta maaf, Rob..” lirih Celia
sembari menghapus air matanya. Yogi ingin sekali berpindah duduk disebelah
Celia, ia ingin menghapus airmata itu. Namun ia masih menghargai adanya Robi
yang ia rasa memiliki niat yang baik.
“Aku bingung siapa yang salah. Apa
pantas aku menyalahi orangtua kita? Atau aku sendiri yang tidak tahu diri?!”
lanjutnya. “Aku pikir, masalah ini harus segera diketahui oleh keluarga kita.
Kita ngga bisa kayak gini terus..” sambungnya lagi.
“Tapi Bi..”
“Walaupun kita menikah karena
dijodohkan, aku pikir dengan berjalannya waktu kamu akan bisa menerima aku.
Karena itu yang aku rasakan, aku bisa belajar mencintai kamu, Cel. Tapi
ternyata, dia lebih berperan dibandingkan aku..” ucapnya memotong pembicaraan
Celia. “Aku tahu kamu pasti bingung untuk ngomong sama aku dan juga keluarga
kita” lanjutnya lagi. “Tapi ini harus diakhiri..” sambungnya lirih. Celia
menatap Robi seakan ia iba padanya, kemudia ia menatap Yogi. “Aku ngga bisa
hidup berumah tangga dengan orang yang tidak mencintai aku..” Robi terdiam.
(Tak mungkin menyalahkan waktu, tak
mungkin menyalahkan keadaan … Semakin kumenyayangimu, semakin ku harus
melepasmu dari hidupku. Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini, kita tak mungkin
terus bersama. Maafkan aku yang membiarkanmu masuk ke dalam hidupku ini.
Maafkan aku yang harus melepasmu walau ku tak ingin : Melepasmu by Drive)
“Kamu maunya gimana sekarang?”
tanyanya pada Celia yang masih terus menangis. “Aku tahu kamu nangis karena
kamu bingung kan? Dan aku ingin menghapus air mata itu, tapi aku tahu kamu ngga
akan kasih aku ijin untuk menghapusnya..” lanjutnya. “Gi, biar masalah ini gue
yang beresin, biar gue yang tanggungjawab sama keluarga gue dan keluarga
Celia!” sambungnya, ia menghapus keringat di dahinya dan terdiam.
“Bi, gue juga sanggup untuk ngomong
sama keluarganya..” ucap Yogi tegas. “Kalo keluarga kalian ngga bisa terima
bayi yang ada di kandungan Celia, setelah lahir nanti biar gue sendiri yang
ngurus..” sambungnya. Celia kembali menatap Yogi, ia semakin bingung dalam
kondisi ini.
(Aku pasti memilih siapa yang aku
cinta, dia atau dirimu. Walau pasti akan ada yang terluka, tersakiti.Tapi harus
kulakukan demi semua rasa cinta yang telah terbagi antara kita. Maafkanlah, aku
pasti memilih : AKu Pasti Memilih by Kerispatih).
“Gue ngga bisa diem aja, setelah gue
tahu cinta kalian yang begitu besar. Kalo aja kalian ngomong dari awal, mungkin
gue ngga bakal ambil dia dari loe, Gi!!!” ucapnya pada Yogi yang kali ini ia
tunjukkan pula emosinya. Ia beranjak dari kursinya. “Cel, maafin aku.. Aku
ngalah dan aku akan pergi sekarang..” lirihnya.
Celiapun menghampiri Robi. “Bi..”
lirihnya.
“Gi, loe jaga dia baik-baik ya..” pesannya
pada Yogi. Yogipun mendekati Robi dan Celia. Diambilnya tangan Celia dan Yogi
untuk dipersatukan, ia tersenyum “Sebelum terlambat lagi, aku ikhlas..”
lanjutnya. Celia kemudian memeluk Robi sebagai tanda terimakasih atas
pengertiannya, ini pelukan pertama yang didapatkan Robi dari wanita yang masih
istrinya ini. “Kamu terlalu baik buat aku, Bi.. Maafin aku..” ucapnya dan Robi
hanya tersenyum ikhlas, iapun pergi dari hadapan Celia dan Yogi.
(Tak mampu aku menahan sakit hatiku,
niatmu kau madu. Beribu cara telah ku coba, tapi apa daya ku tak kuasa, kau
menginginkannya. Tak bisa jari-jariku terima dua cincin dari hatimu dari
cintamu. Dan tak bisa perasaanku berbagi kasih dengan dirinya, dari cintamu :
Dua Cincin by Hello).
***
KETIKA CINTA BICARA
PUTRI HANDAYANI
Cerpen Sedih Tentang Cinta
Judul: Sorot Pelangi
Oleh: Syahrima
Blog: syyahrima.blogspot.com
Twitter: @syahrima
Pagi yang seperti biasa, murid-murid melangkahkan kaki nya dengan senyuman lebar dipipi nya. Termasuk Rio, kapten basket sekolah yang banyak digandrungi oleh para wanita ini seperti biasa mengawali rutinitas nya bersama Ara, sahabat karib nya yang di kenal sejak ia duduk dibangku sekolah dasar. Rio dan Ara selalu melakukan hal bersama-sama, layaknya seorang kakak dengan adik nya mereka pun selalu berusaha untuk membuat sebuah semangat setiap hari nya dengan bersama-sama.
Rio yang dikenal sebagai kapten basket sekolah ini adalah salah satu dari sekian banyak orang yang selalu menebarkan senyuman untuk semua orang, seperti pelangi.. sinar mata Rio mampu memancarkan aura positive bagi orang-orang yang melihat nya. Seorang siswa berprestasi ini mampu memikat semua wanita yang ada di sekolah. Tapi sayang, sejak dulu Rio tidak pernah mengerti apa itu “mencintai dan dicintai”. Sangat bertolak belakang dengan Ara, hampir semua wanita pernah menjadi tambatan hatinya. Tidak jauh beda dengan Rio.. paras wajah Ara juga mampu membuat wanita jatuh hati pada nya.
Hari-hari mereka penuh canda dan tawa, selalu ada lelucon dalam persahabatan mereka. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan Shilla.. gadis cantik dan baik hati ini datang di kehidupan mereka. Seakan mengubah hidup Rio, semenjak mengenal Shilla diam-diam Rio menyimpan rasa pada Shilla. Hanya Ara yang tahu semua cerita Rio tentang Shilla.
“Kapan nih lo mulai deketin Shilla? Hati-hati, sob! Keburu di gebet orang”.. celetuk Ara saat bel istirahat berbunyi. Jawab Rio dengan santai.. “ah! Lo kayak baru kenal gue sehari aja.. minder gue bos deketin cewek cantik kayak Shilla. lo tau sendiri gimana penyakit gue sekarang”. perdebatan mulai panas saat mereka membicarakan wanita ini, satu-satu nya wanita yang bisa membuat jantung Rio seakan berhenti berdetak saat dua mata mereka saling bertatapan.. “kapan lagi?! Ayolah tunjukin dan kejar cinta lo itu. Gue yakin lo bisa!”.
Waktu terus berputar, kalimat Ara selalu menjadi hantu dalam ingatan Rio.. sebenarnya bukan karena alasan itu yang membuat Rio merasa tidak pantas untuk Shilla. faktor keluarga yang menjadi salah satu alasan kuat Rio, kurang lebih sudah dua tahun Ibu Rio menjadi single parent. Semenjak itu Rio berjanji hanya ingin membahagiakan wanita tercantik nya itu, yang menurutnya adalah Ibu nya.
Alasan lain yang membuat Rio takut adalah Glioma, katagori besar kanker tumor premier yang berasal dari sel-sel glia. Jenis kanker yang dimulai dari otak atau tulang belakang. Rio adalah salah satu penderita kanker tulang belakang yang mungkin mempunyai presentase untuk dapat bertahan hidup hanyalah 50%. Walau awalnya merasa bahwa kanker tersebut adalah sebuah tamparan hebat yang membuat hidupnya sama sekali tidak memiliki arti lagi, Rio secara perlahan memulai mencoba untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan ketegaran dan besenang-senang dengan sahabatnya, Ara. Juga wanita yang di cintainya Shilla.
Ara selalu memotivasi dan meyakinkan Rio bahwa ia layak untuk mendapatkan cinta Shilla. singkat cerita cahaya kehidupan Rio mulai hadir kembali, Shilla yang selama ini didambakan nya sudah menjadi kekasih nya. berkat Ara yang selalu meyakinkannya. “Tuh.. gue bilang juga apa! Lo tuh selalu deh jangan suka putus asa sebelum mencoba. Terbukti kan sekarang Shilla bisa lo dapetin!”. Ujar Ara sambil merangkul pundak sahabatnya itu. “Sekarang gue percaya kalau selama berusaha gue pasti bisa dapetin apa yang gue mau. Makasih banget nih, Sob! Gue coba buat nikmatin hidup gue ini.” Tegas Rio dengan penuh semangat.
Seminggu kemudian Rio datang menemui dokter yang rutin ditemui nya setiap minggu untuk mengetahui bagaimana perkembangan Glioma di tubuh Rio, seakan tersambar petir saat Rio mendengar diagnosa tentang penyakitnya yang diutarakan oleh dokter.. “sel kanker di tulang belakang kamu makin menebar, harapan hidup penderita glioma mungkin hanya 46,33 bulan dengan rentang waktu 38-55 bulan” ucap dokter.. semua hening, waktu terasa berhenti saat vonis itu di jatuhkan pada Rio. Tapi Rio tidak berhenti disitu saja. Ia lebih menikmati hidup nya mulai hari itu dengan Ara sahabat karib nya dan Shilla wanita yang di cintainya.
Kehadiran kanker dalam hidup Rio telah membuat hubungan antara dirinya dengan kekasihnya, Shilla dan Ibumya menjadi begitu terguncang. Di sisi lain penyakit kanker tersebut kemudian membawa Rio untuk mengenal beberapa karakter baru dalam kehidupannya yang mampu membuatnya lebih merasa bahagia atas kehidupan yang telah dijalaninya selama ini.
“Promnight tinggal nunggu hari nih, kita jadi dateng bertiga Ara, kan?” tanya Shilla pada Rio. “jadi dong.. kita bertiga nanti bareng-bareng ya kesana.” Ujar Rio dengan semangatnya.
Malam itu pun datang, semua anak terlihat bahagia saat promnight. Malam ini bisa di sebut sebagai malam perpisahan karena seminggu lagi mereka akan mengadakan hari perpisahan dan kelulusan. Rio lulus dengan nilai yang memuaskan, peringkat pertama dapat diraih nya dalam Ujian Nasional tahun ini. Begitupun dengan Ara.. walaupun tidak sama dengan peringkat Rio, namun Ara mendapatkan universitas yang ia idamkan sejak dulu. Tidak ketinggalan denga Shilla, wanita yang di cintai Rio ini benar-benar lulus dengan hasil memuaskan juga di terima di salah satu universitas kedokteran.
“Hai semuanya… gue mau ngomong sesuatu nih..”. tiba-tiba terdengar suara Rio yang berbicara di tengah kerumunan teman-temannya.. “gue itu sebenernya mengidap Glioma,lhoooo.. kanker tulang belakang dan udah akut banget.. hahahahaha” Rio mengutarakan kaliamat itu dengan nada lelucon dan tertawanya yang cukup keras. Dari sisi lain ada Ara yang menarik Rio dan berkata, “hahahaha lo semua kayak gak tau Rio aja, dia kan biasanya suka bercanda.”
Semua hening, antara percaya atau tidak namun semua teman-teman Rio sekejap merasakan khawatir, tidak lain adalah Shilla.. tersentak menangis saat mendengar kalimat Rio tadi. “Gila lo,Yo! Ngomong apasih lo barusan? Mau buat perhatian baru di sekolah?” Tanya Ara dengan sinis. Dan dengan lantang nya Rio menjawab, “gue Cuma bercanda kali, dan seenggak nya biar mereka nanti gak tanda tanya waktu ngeliat gue udah meninggal”. “heh ngomong apa sih lo?!” Tegas Ara.
Hari yang di tunggu-tunggu datang. Kelulusan itu sudah didepan mata. Semua siswa antusias dengan hari ini, entah apa yang istimewa hari ini.. tapi tetap saja bagi Rio hari ini masih seperti hari biasanya, tanpa ada yang istimewa kecuali hadir nya Shilla yang ada di sampingnya. Hari yang aneh.. tidak biasa-biasanya Rio memeluk Shilla dengan erat, “Shilla.. kamu harus jadi dokter. Kelak suatu saat nanti mungkin Cuma kamu satu-satu na dokter yang bisa sembuhin penyakit aku”. Kata-kata Rio yang membuat Shilla bertanda tanya.
Mala petaka itu datang, saat semua siswa bahagia mendapatkan kelulusan. Namun tidak untuk Rio… “Yo…bangun! Rio kenapaa?!”. Suara teriakan itu datang dari belakang panggung. Ternyata Rio sudah terbaring di lantai, dengan darah yang menyelimuti hidung hingga setengah wajah Rio. Semua panik.. haru biru pun terasa di hari perpisahan ini. Semua darah penuh di setengah wajah Rio, bahkan mata itu.. mata yang mempunyai sorot seperti pelangi seakan redup, habis, dan mati tenggelam merah nya darah itu. Hari perpisahan yang mungkin tidak hanya untuk para siswa. Namun juga untuk Rio...
CERPEN SEDIH_ Senja Yang Sudah Mati
“HATINYA hilang, hatinya hilang, hatinya hilang,” teriak mereka.
Aku tak mampu apa-apa lagi, seluruh tubuhku kelu. Berat sekali. Dan sebentar kemudian, mataku merapat. Dan, badanku menjadi ringan. Aku terbang. Menuju hitam. Aku bebas.
Duduk aku di pantai ini, menatap jingganya sunset yang sebentar lagi akan tergantikan oleh gelap. Lembut belaian angin sepoi menerpa tubuhku. Ombak tergulung. Dan, camar-camar beterbangan. Ingin pulang nuju sarang.
Sepinya pantai ini. Sejauh mataku memandang, tak ada siapa-siapa. Hanya aku seorang dan seorang hitam, yang berada agak jauh dariku. Tak tahu siapa. Menatapku. Lain tidak, kecuali memang makhluk-makhluk yang berhabitat di sini. Namun, aku tak ambil peduli dengan itu semua. Aku heran, kenapa aku ada di sini? Entah. Perasaanku sepertinya ingin menikmati saat ini. Menikmati ini, sendiri saja.
Kuingat dirimu di sana. Kekasihku. Jauh. Berada di seberang lautan nun jauh dari pelupuk mataku. Butuh kapal atau sekadar perahu untuk sampai ke tempatmu. Tapi, terus terang aku tak punya. Jadi, kunikmati saja kerinduan ini. Kerinduan yang telah sampai ke atas ubun-ubunku. Sambil menatap senja.
Hei! Sedang apa kau di sana? Ah, mungkin bersama kekasih barumu? Membuainya dengan kata-kata mesra yang sama, seperti yang pernah kau katakan kepadaku.
“Hei, aku rindu!”
Sepatah kata itu akhirnya terucap pelan dari bibirku yang kelu menahannya. Sebuah ungkapan kerinduan hati yang tertahan selama ini. Besok adalah hari ulang tahunmu, ya, aku ingat besok adalah hari yang sangat penting bagi dirimu. Entah, aku akan memberikanmu apa. Mungkin kau tak ingin apa-apa dariku, seorang hilang ini. Tapi, sungguh aku ingin memberikannya tanpa bermaksud apa-apa lagi.
Senja memerah dengan jingganya. Pun laut telah menghitam. Semua hampir tergantikan kegelapan malam. Aku ingin pulang. Selang beberapa saat, datang ide bagiku untuk mengambil beberapa ornamen dari pantai ini sebelum pulang. Ya, untuk kujadikan kado buat kamu. Kamu seorang saja. Agar, kau tahu kerinduanku ini sudah menjamur di padang-padang pengembaraan panjangku.
Segera mulai kupunguti pasir, kerang, dan sedikit air laut yang kumasukkan ke dalam botol. Juga tak lupa kuabadikan sunset yang masih memerah, sebuah sunset yang dulu pernah menjadi saksi antara kita, di dalam HP-ku—HP berkamera digital. Dan, klik. Semuanya sudah kujadikan satu dalam kantong plastik. Seterusnya, hari sudah mulai gelap, matahari sudah tak tampak lagi, termakan ufuk barat, pun cahyanya yang kemerah-merahan sudah hilang. Malam datang. Aku pulang.
***
MATAHARI membumbung tinggi. Pagi. Kutonton dari balik jendelaku, burung-burung gereja bernyanyi ceria di antara dedaunan dan dahan-dahan pohon. Merdu sekali. Semerdu suaramu. Kurasai. Menjadi teringat benakku lantunan lagu Eric Clapton dulu, sewaktu kita pergi ke suatu pesta.
We go to a party and everyone turns to see
This beautiful lady that’s walking aroung with me
And then she asks me, ”Do you feel all right?”
And I say, “Yes, I feel wonderful tonight.”
Aku begitu bersemangat untuk cepat-cepat ke kantor pos. Mengirimkan kado untukmu dengan paket kilat khusus, yang esok akan kau terima. Sebuah kado spesial buat kamu.
Aku berjalan. Hari ceria. 10 menit aku terus berjalan, tiba-tiba langit menjadi gelap. Seluruh awan putih berarak ke utara. Digantikan awan hitam dari selatan. Angin menerpa dengan tiupannya yang keras. Matahari telah tertutup awan tebal. Kelabu. Hujan sebentar turun. Masih 20 menit sampai ke kantor pos. Aku berlari. Berlari kencang. Toko-toko sudah tutup. Aku berlari. Berlari kencang. Takut, kalau-kalau kantor pos sudah tutup. Aku berlari lebih kencang.
Hujan turun dengan derasnya. Aku tetap berlari. Kubungkus kado untukmu dengan plastik agar terhindar dari guyuran hujan. Biar tak rusak saat kau menerimanya. Bukankah guyuran hujan mengandung asam yang dapat merusakkan benda-benda, katamu dulu.
Aku berlari. Berlari terus. Sudah 16 menit aku berlari. Berlari. Dan, di kejauhan, aku melihat seorang hitam. Aku tak acuhkan. Aku tak peduli. Yang penting bagiku sekarang, adalah aku berhasil mengirimkan kado ini untukmu. “Kantor pos!” kuucapkan dalam hati. Aku melebarkan senyum pada diriku sendiri. Makin kupercepat langkah kakiku.
Dengan napas tersengal, aku sampai. Kupandangi kantor pos itu dari depan pintunya. Belum tutup. Ah, betapa lega hati ini. Tersenyum. Kubayangkan dirimu tersenyum di sana menyambut kado kirimanku ini. Aku begitu bahagianya.
Tiba-tiba, seseorang menepuk bahuku. Spontan saja kutolehkan mukaku dengan maksud untuk berbagi kebahagiaan dengannya. Dan, jlep, jlep, jlep, tiga lubang bersarang tepat di tubuhku. Aku rubuh.
***
SAMAR kulihat orang itu. Dia meringis. Gembira? Bahagia? Sedih? Kecewa? Entah. Aku tak tahu. Tapi, aih terasa perih tubuhku. Sekujurnya kaku, tak bisa kugerakkan sedikit pun. Lalu kurasai tubuhku terguncang-guncang. Aku tak berdaya. Kudengar dia terbahak. Tak jelas, telingaku sakit. Merah bercecer. Namun, tak ada siapa-siapa. Aku sendirian.
Kufokuskan mataku. Ingin tahu. Aku memang sudah tak kuat lagi. Tetapi, paling tidak aku bisa tahu siapa dia supaya aku tak penasaran. Dan, menjadi hantu yang berkeliaran mengganggu ketenangan orang-orang tak berdosa.
Wajahnya hitam. Seluruh tubuhnya juga hitam. Dan, ingatanku melayang menuju pantai kemarin. Ya, sosok hitam itu, persis seperti dia. Seorang hitam di pantai yang bersamaku. Dan juga, seseorang yang kulihat di jalan tadi. Mirip seperti dia. Apakah dia itu?
“Hei! Kau kurang ini!” katanya. Dia mengacung-acungkan tangannya ke mukaku. “Akan kukirimkan. Akan kukirimkan,” lanjutnya lagi.
Lalu, ia berjalan pergi membawa paket untukmu dan segumpal daging bersamanya. Masih mengucurkan darah segar.
Aku sendirian. Sepi. Sepi. Hujan masih membasahi bumi dengan derasnya. Tiba-tiba, tubuhku terasa ringan. Aku melayang. Kulihat jasadku dikerumuni banyak orang.
“Hatinya hilang, hatinya hilang, hatinya hilang!” ujar kerumunan itu.
Aku menuju hitam. Aku lepas jasad.[]
----------
Penulis: Lilih Prilian Ari Pranowo | Kontak penulis: lilih.yogyakarta@gmail.com atau lihat blognya di http://lilihprilian.blogspot.com | Cerpen sedih ini pernah dimuat di Sriwijaya Post, tanggal 16 Januari 2005.
Rahasia sebuah keinginan
Pagi
yang agak mendung, gadis yang berusia 15 tahun itu sedang duduk seorang
diri, Sheryn nama gadis itu. Seorang gadis yang selalu di tuntut untuk
menjadi sempurna oleh kedua orang tua nya, Sheryn terkadang capek
menjalankan hidup tanpa kebebasan..Hari ini wajah imut Sheryn tampak pucat, ia tak kuat lagi menjalan kan aktivitasnya, namun kedua orang tua sheryn tak perduli akan hal itu, malah dipaksanya sheryn agar kesekolah. Walau berat melangkah sheryn harus tetap melakukan semua ini dami mendapat senyum dari mama tecinta. Badan sheryn terasa hangat, tubuhnya tak fit, tapi tak apa sheryn tetap bergegas kesekolah.
Sesampainya disekolah Sheryn melewati kelas IXB, dan sherynpun pingsan. Sheryn terasa hampa, dan Semi pun menggendomg sheryn sampai di ruang UKS. Tak lama kemudian, sherynpun sadar dari pingsannya, iapun sangat terkejut karena ada Semi yang menemaninya diruang UKS. Hari ini ia baru telah tiba, namun kenapa wajah sheryn masih terlihat pucat, Semi curiga, ia heran apa yang teradi pada diri Sheryn. Disaat semi mendekatkan diri pada sheryn, namun demikian Sheryn malahan menjauh, entah apa yang ada pada fikirannya saat ini.
Satu minggu setelah kejadian itu, Sheryn pun pingsan kembali, dan kali ini tentu membuat semi semakin curiga, ia mencoba untuk bertanya pada sheryn, Namun sheryn hanya menggeleng-gelengkan kepala seperti menyembunyikan sesuatu. Sepulangnya dari sekolah, sheryn berjalan menuju rumah sakit, ia ingin memeriksa keadaan nya, sesampainya, Sheryn dirumah sakit ia dipersilakan untuk berbaring, untuk diperiksa oleh Dokter, seusai dari pemeriksaan, hasil tes pun di terimanya, dan ternyata sheryn mengidap menyakit kanker otak stadium akhir, dan setelah ia membaca hasil tersebut sampai usai, sheryn difonis dokter akan hidupnya tidak akan lama lagi, sekitar 3 bulan. Sheryn pun terus saja menangis, tapi sheryn tak ingin orang tua dan semua orang mengetahui penyakit yang dideritanya saat ini sampai 3 bulan kedepan, Sheryn hanya bisa berpasrahkan diri pada sang pencipta.
hari-hari yang Sheryn selalu di lewati dengan rasa sakit, terkadang sering pingsan, tapi apalah daya sheryn yang berusaha untuk menyimpan rahasia atas keadaanya adalah hari ke-90 setelah surat fonis dari dokter diterimanya, Hari ini ia dirawat dirumah sakit, dan sheryn terus saja menjerit kesakitan, dan akhir nya sheryn menghembuskan nafas terakhirnya.
Surat terakhir dari Sheryn
Mamah, papah, dan semua nya
sheryn capek jika terus dan terus mengikuti kemauan papah dan mamah, bukannya sheryn nggak sayang sama kalian, tapi sheryn juga kepengen ngelakuin hal yang sheryn suka,
maaf kan sheryn ya apa bila sheryn pergi nggak pamitan sama mamah dan papah
Bahagia lah di dunia walau tanpa sheryn
sheryn sayang semua nya.........
Demikianlah cerita cerpen sedih "Rahasia sebuah keinginan" yang telah dipublish oleh serba serbi dan karya dari sahabat dari Nusa tenggara Barat.
Bio data penulis
Yayiq norma G
Dompu, 17 agustus 1998
Alamat : Dompu, Nusa tenggara barat
Cerpen Sedih: Bergema
Hari sudah menjelang sore ketika aku masuk gudang tua yang terletak di belakang rumahku. Kunyalakan lampu untuk memberikan cahaya terangnya. Terbelalak aku melihat gitarku ada di sana. Ternyata gitar itu tak hilang atau dibuang, ia ada di sini. Lalu aku segera mengambilnya dan membersihkan gitar kopong itu dari debu. Aku lihat ke dalam lobang gitar itu, tersembul merk terkenal Yamaha C-100. Merk yang keren pada masanya dan masih sangat murah sekali. Bayangkan dengan uang sebesar 100 ribu, kita sudah bisa membeli gitar terbaik. Sekarang? Hmm, jangan ditanya... bisa sampai 500-an ribu lebih. Aku nggak tahu.
Setelah gitar kopong itu berhasil kubersihkan, aku memetik dawainya satu per satu. Sebuah perasaan halus menyergapku. Alunan suaranya masih selembut dahulu, meski sudah agak bampet* lantaran terkena lembab. Aku mencoba memainkan nomor lawas Led Zeppelin, “Stairway to Heaven”. Terpesona aku menikmatinya. Tapi tak sampai habis, aku segera berhenti. Lalu kujauhkan gitarku. Kuperhatikan bentuknya. Belum ada cacat di bagian manapun. Padahal sudah 10 tahun berselang sejak gitarku ini dinyatakan hilang oleh ibuku.
Ibu yang tak menyukai aku bermain musik, tiba-tiba saja mengatakan bahwa gitarku sudah dijual di tukang loak. Aku yang baru pulang hanya bisa terperanjat mendengar perkataannya.
“Gitarmu sudah ibu jual di tukang loak,” katanya dingin, “Ini uang hasil penjualannya.”
Hah, kaget aku dibuatnya. Cuma 10.000 perak? “Ibu bagaimana mungkin gitar itu ibu hargai 10.000 perak? Gitar itu harganya 100.000!”
“Itu kalau baru. Tentu saja penjual loak itu takkan mau membayar 100.000 untuk gitarmu yang butut itu.”
Terus terang aku sedih mendengar perkataan itu. Tak ada yang bisa dibantah dari ibuku. Ia seorang ototiter sejati. Sedangkan aku hanya anak kecil berumur 11 tahun yang sedang menggandrungi kegilaan musik dunia.
Keluargaku bukan dari kalangan pemusik. Tidak ayah. Tidak ibu. Tidak orang tua mereka sebelumnya dan sebelumnya lagi. Tidak. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengajarkan kepada kami anak anaknya, bahwa hidup adalah untuk bekerja. Bukan untuk disia-siakan dengan genjrang-genjreng tak keruan di malam buta dan membuat bising orang lain. Hidup adalah kedisiplinan. Tapi aku lain. Aku bocah ingusan yang ingin bergerak di dalam geliat musik.
***
Aku ingat pertama kalinya aku mencintai musik. Waktu itu masih kelas dua smp di salah satu smp negeri di lobang buaya, jakarta timur. Sebenarnya aku mulai menyukai musik sudah dari kelas satu, tapi waktu itu kuanggap musik masih mengganggu telingaku. Sekitar tahun 1996-an, dewa 19 (masih format ari, andra, edwin, dhani dan wong aksan) meluncurkan album pandawa lima, yang jadi hits adalah lagu kirana.
Lagu tersebut seringnya diputar di televisi-televisi. Dan kawan-kawan juga sering mendendangkannya, maka aku jadi hapal liriknya. Terus teringang-ngiang di dalam kepalaku. Terus saja begitu. Tak pernah mau hilang. Sampai-sampai ketika mau tidurpun lirik-lirik lagu kirana terus berdendang di dalam kepala, begitupun musiknya. Aku memaki: cumi! Kenapa nggak mau ilang sih ini musik? Pikirku saat itu. Gila! Aku nggak bisa tidur...aku merutuk-rutuk terus dalam hati. Duh, kirana-nya dewa teringang-ngiang nih, omelku sendiri. Meski akhirnya bisa tidur, tapi sudah larut sekali. Dan besoknya aku bangun sampai mengantuk dan agak terganggu belajar di sekolah.
Itu dulu waktu masih kelas satu. Aku membenci musik karena membuatku tidak bisa tidur. Membuat hidupku sengsara saja. Namun begitu aku naik ke bangku kelas dua, segala pikiranku berubah. Baiklah kuceritakan saja bagaimana aku mulai menyukai gitar hingga tergila-gila seperti sekarang ini.
Malam itu aku dan empat orang kawan (yudis, bakoy, adang, dan septin) sedang kongkow di tanah lapang. Yah, lapangan yang biasa buat main bola sama anak-anak. Malam itu langit cerah, banyak bintang bersinar kerlap-kerlip di hitamnya langit. Bakoy unjuk gigi menyanyikan salah satu dari hits tembang lawasnya iwan fals “barang antik”. Meski agak sumbang-sumbang dinyanyikan olehnya (yah mirip penembang aslinya yang bersuara sumbang), lagu itu tetap enak dinyanyikan di udara dingin seperti ini. Lagi pula lagu apapun yang dinyanyikan oleh anak-anak seusia kami memang asoi-geboi. Kami nggak peduli kami bisa menjadi apa, asal kami bisa berteriak-teriak kami sudah senang.
Sejak malam itu hari hariku selanjutnya selalu dipenuhi dengan hasrat bermusik. Khususnya instrumen gitar. Kemudian aku meminta ayahku untuk membelikan sebuah gitar kopong, yah yang murah-murah juga nggak apa apalah, pintaku waktu itu. Permintaan ini sekaligus sebagai pengganti dari apa yang pernah ia tawarkan padaku, yaitu sepatu bola. Sebelumnya aku ingin dibelikan sepatu bola olehnya, tapi aku nggak suka maen bola, kecuali terpaksa aja. Karena itu tawaran itu aku tampik. Dan setelah aku menyukai musik. Aku minta dibelikan gitar aja. Akhirnya keinginan itu terpenuhi. Gitar pertamaku: osmond. Sebuah merek dagang yang jauh kualitasnya dibanding yamaha. Ah, sebodo ah, asal bisa ngegenjreng genjreng sampai puas. Nah begitulah ihwal pertama aku menyukai musik. Kegilaanku. Hasratku. My hobies.
Setelah makin lama begini main musik, aku jelas mulai lincah memetikkan dawai-dawai pada gitarku. Dan mimpiku pun melambung tinggi. Aku ingin jadi rockstar. Itu juga karena yudis memperkenalkan sebuah kaset mr.big padaku. “Ri, coba kamu dengerin ini musik, dashyat! Gila, rumit banget, abang aku bisa maininnya. Aku nguliknya susah. Nih aku pinjemin, siapa tahu bisa.”
Live at budokan nama album yang yudis pinjamkan padaku itu. Aku antusias sekali mendengarkan tiap-tiap melodinya. Betul-betul memukauku, yang pada awalnya hanya tahu kancah musik indonesia dengan tokoh-tokoh tertentu, macam dewa, wayang, bragi, pas band, gigi dan lainnya. Namun lewat album itu, tentu saja wawasanku bertambah luas. Permainan solo yang dimainkan paul gilbert—eks gitaris racer-x, yang gitaris pertamanya, sangat mempengaruhiku. Awalnya aku nggak mengerti apa itu permainan instrumental, tapi lama lama aku juga paham, karena sering mendengarkan. Speed teknik dan kualitas tinggi, argh agak bunek juga aku mendengarkan irama yang seperti itu. Belakangan aku menyukai joe satriani dan steve vai.
Busyet, nggak mungkin aku bisa. Telingaku tak cukup mampu mendengar kecepatan melodinya. Shit, aku merutuk dalam hati. Bagaimana mungkin ini? Aku tak patah arang, aku mencoba terus dan terus. Latihan dan latihan. Gitar kopong jadi saksiku. Ia merupakan sahabat terbaikku. Tak pernah aku berputus padanya, seperti aku berputus dari pacar-pacarku. Hingga akhirnya aku bisa menjadi shreder. Merasa keren dan takjub, seolah tak percaya. Aku jadi gampang saja mendengar melodi siapapun dan kutirukan dengan mudah. Itu terjadi kala aku bermimpi ketemu sama sosok dewa gitar dengan perwujudan sinarnya. Dalam mimpiku, sang dewa gitar berkata padaku, “kau akan jadi gitaris hebat!”
Jujur aku senang sekali mendengarnya. Dan ketika aku bangun pagi-pagi, seluruh pikiranku jernih. Otakku terasa ringan. Aku juga merasakan perubahan pada suhu tubuhku. Jari-jemariku juga serasa lincah saja, selalu ingin menari-nari. Tak terkecuali di dalam rumah, di dalam kelas pun pikiranku selalu tertuju pada satu hal: musik. Nada-nada mulai muncul bergantian silih berganti, beriringan.
Aku pun memamerkan ini pada yudis. Seperti biasa, anak anak kompleksku sering mengadakan kumpul kumpul dan berdiskusi mengenai musik. Juga berdiskusi tentang perkembangan skill tiap-tiap individu. Aku juga mulai ngeband waktu itu. “Dis, aku telah berhasil menguasai teknik solonya paul gilbert di album yang kau pinjami itu.”
“Benarkah?” tanyanya antusias.
Aku mengangguk. Lalu sejurus kemudian aku tancapkan kabel gitarku pada ampli. Dan meraung-raunglah suara serak gitarku dari ampli itu. Diiringi tepuk tangan. Tak ketinggalan decak kagum mereka. Aku merasa di atas angin. Keren sekali. Tapi mereka pun tak kalah. Mereka juga semakin lihai bermain musiknya.
Tapi aku tak mendapat restu ibuku. Akhir caturwulan nilaiku ancur berantakan. Tak ada yang bersisa hampir rata-rata nilaiku merah. Aku tinggal kelas. Kegagalan ini membuat murka mereka.
“Dasar anak tahu diuntung! Kau sudah lumayan bisa bersekolah, malah sok-sokan maen musik segala! Mau jadi apa kamu? Mau jadi pemusik yang hidupnya nggak jelas itu ya?” maki ibuku. Jujur, aku sedih. Tapi ia ibuku, titah segala perintah. Tinggal dialah yang aku punya. Puncaknya terjadi saat gitarku dinyatakan sold out oleh seorang tukang loak, hanya dengan 10 ribu perak.
Aku tersenyum. Memandangi gitar ini. Yah, meski kini aku tak bermain musik lagi. Tak bermain musik lagi. Tapi rock n roll belum mati dalam diriku. Sementara jam sudah menunjuk angka delapan. Sudah saatnya aku beranjak dan kembali merayapi malam.[]
Cerpen Sedih: Kado Biru Untukmu
Aku duduk dekat jendela di bangku penumpang nomor 13 A di gerbong 5, sesekali aku kembali memandangi kotak biru yang terbungkus pita biru itu. Sebuah kotak biru yang kupegang dengan erat, sebab akan kuberikan pada seseorang nanti, sesampainya aku di Yogya. Kereta berangkat dari Stasiun Senen. Pada awalnya bergerak lamat-lamat namun semakin cepat dan semakin cepat. Aku melihat jam Seiko yang melekat di pergelangan tanganku, yang menunjuk pukul 7.30 pagi. Aku tahu kereta belum akan mempercepat kecepatannya sebelum melewati Stasiun Bekasi Kota.
Makanya, aku berharap Stasiun Bekasi Kota cepat dilewati kereta apiku. Untuk selanjutnya melaju menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Meski aku tetap harus bersabar selama kurang lebih 10 jam. Rindu yang sudah menggelora di hatiku terasa sekali. Menyakitkan juga indah. Aku benar-benar ingin segera menemuinya. Aku sadar sedang berada di awang-awang sekarang. Seluruh pandangku menembus jendela kereta, menggambarkan keindahan yang tak tereja dengan kata-kata. Seolah-olah... aku melihat sawah-sawah.
Apa yang kuharapkan tentang ini semua? Sebuah pertanyaan sadar yang kuyakin akan dapat kubeberkan saat aku bicara padamu nanti. Tanpa kata. Tanpa Suara. Saat aku memberikan kotak biru ini padamu. Hadiah yang akan membuat engkau bahagia. Bagaimana keadaanmu? Tiga bulan sudah kita tak bersua. Aku sudah lupa raut wajahmu, karena aku tak menyimpan fotomu selembarpun. Bukan karena aku tak ingin mengingatmu. Aku memiliki kebiasaan buruk, untuk selalu lupa wajah seseorang apabila membayangkan orang yang kukasihi.
Gerbong 5 tempatku duduk tidak dipenuhi oleh penumpang, kecuali diramaikan oleh laju aktivitas para pedagang, yang sibuk menawarkan barang-barang jualannya. Menawarkan barang yang bisa memenuhi hasrat. Yang bisa melegakan perasaan, sekedar kawan diam bagi yang sendiri sepertiku, atau kawan kebersamaan bagi yang naik kereta dengan teman-temannya. Biasanya aktivitas mereka agak mengangguku, tapi kali ini saat ini, aktivitas itu sama sekali tak menggangguku. Aku lebih berfokus pada kotak biruku.
Namun demikian diam-diam, aku menganggumi semangat mereka. Yang berani menawarkan sesuatu tanpa henti tanpa lelah. Dari gerbong satu ke gerbong lainnya. Aku tahu kalau mereka hanya bolak-balik dari gerbong depan ke gerbong belakang, dari gerbong belakang ke gerbong depan. Sampai tempat tujuan para penumpang atau tempat asal mereka saja. Suara sumbang mereka, teriakan mereka, bau mereka, dan barang-barang serta gaya pakaiannya sudah kuhafal betul-betul di luar kepala. Tentu saja mereka tak bisa dipisahkan dari tata cara hidup seperti itu bukan? Atau aku yang tak bisa melakukan apapun?
Kereta yang kutumpangi ini jenis kereta rakyat kelas 2. Atau, dalam kasta perkeretaapian negeriku, lazim disebut kereta api bisnis. Tak begitu mahal, tak begitu murah, ada di tengah-tengah. Menggambarkan keadaanku yang berpenghasilan pas-pasan. Untuk naik ekonomi terus terang saja, aku takut, karena di sana rawan sekali. Ya rawan kecelakaan. Ya rawan kehilangan. Ya rawan roda kereta api keluar rel. Namun untuk naik kelas eksekutif aku juga takut. Takut sama harganya. Tapi lagi-lagi, kali ini aku tak begitu peduli. Tak apalah, asal kereta ini dapat terus melaju ke arah Yogya. Tanpa halangan sesuatu apapun. Menemukan rinduku.
Tiba-tiba rasa kantuk mulai menyerang mataku. Terasa berat sekali mata ini. Kulihat lagi jam Seiko di pergelangan tanganku. Masih kurang 9,5 jam lagi sebelum kereta memasuki areal Stasiun Tugu Yogyakarta. Terasa lama sekali kereta melaju. Waktu sepertinya melambat. Kereta baru memasuki Stasiun Jatinegara saat ini. Ah, sial, tapi baiklah aku menunggu dengan sabar. Menunggu dengan penuh harap. Menunggu bertemu rinduku. Namun rasa kantuk tengah menguasaiku dengan lebih hebat lagi. Kemudian aku lelap, setelah menatap mantap kotak biru yang terbungkus pita biru.
***
Tanganku terasa bergerak-gerak tanpa mendapat perintah dariku. Pelan-pelan kubuka mataku, melihat apa yang tengah terjadi. Seorang bocah kecil berusaha mengambil kotak biruku diam-diam. Belum sempat kupertahankan kotak biruku, bocah itu keburu mengambilnya dan berlari. “Hei, bocah!” aku spontan berteriak disertai makian yang tak karu-karuan. Kontan mata penumpang lain tajam mengarah padaku, yang hanya menoleh tanpa melakukan apapun. Selain bisu.
Aku mengejar bocah tersebut, yang telah berlari menyusuri gerbong belakang, dan semakin ke belakang. Posisiku saat ini ada di gerbong 5. Bocah pencuri itu begitu cepat dan lincah larinya. Seperti kancil. Kurang ajar, pekikku dalam hati, aku baru menyadari kalau kereta akan memasuki stasiun kecil dan berhenti sejenak.
Aku segera bertekad untuk menemukan bocah itu, jika tidak aku tak berani membayangkannya. Kotak biruku tentu akan raib! Selang beberapa lama saatnya, aku tetap tak mampu menemukannya. Para penumpang memperhatikanku dengan penuh selidik curiga, seolah-olah aku ini pencuri barang yang siap beraksi. Mereka semakin mendekap barang bawaan mereka lebih erat daripada sebelumnya. Huh, dasar, pikirku. Padahal aku ini adalah korban pencurian. Aku tak mempedulikan sikap mereka. Saat ini tujuanku hanya satu, mendapatkan kotak biruku kembali. Titik.
Dan shit!!! Saat kereta sampai di stasiun. Tak kutemukan jua bocah kecil itu. Dasar setan kecil. Aku menggeram dalam diam. Kepalaku panas oleh rasa marah. Kududuk melesot di dekat pintu belakang gerbong terakhir dengan perasaan bingung. Entah, harus mengganti dengan apa kotak biruku itu? Hanya itu satu-satunya yang bisa kuberikan buatnya. Uangku sudah ludes buat membeli barang itu. Barang terindah dan termahal yang pernah kubelikan untuk seorang wanita.
Ketika aku sedang berada dalam gundah gulana dan kereta hendak melanjutkan perjalanannya kembali. Kulihat bocah setan itu menampakkan batang hidungnya. Mengendap-endap di antara belukar stasiun. Tanpa pikir panjang, aku segera melompat turun, dan terguling-guling di tanah. Disertai suara yang lumayan keras. Membuat bocah itu menengok ke arahku karena mendengar suaranya. Melihatku ia segera bergegas berlari cabut menghindari pandangan mataku. Aku mencoba mengejarnya, walaupun dengan tergopoh-gopoh. Karena penguasaannya terhadap medan, ia berhasil menyusup di antara tempat-tempat yang tak bisa dilalui manusia yang baru pertama kali mengenal medan ini. Gila! Medan ini luar biasa sulit dilewati. Bayangkan aku harus masuk kolong. Keluar kolong. Melewati tempat-tempat yang jorok. Becek dan kotor. Lelah aku mengejarnya. Tapi inilah usahaku. Usaha untuk mendapatkan perhatian dari seseorang yang kupuja-puja.
***
Akhirnya, kudapati juga kotak biruku. Bocah setan itu telah meninggalkannya begitu saja ditempat yang agak luas. Kuhampiri kotak biru itu, tapi aduh, kotak itu sudah terbuka. Dan Kosong. Hanya tertinggal bungkusnya saja. Aku ngejogrok di tempat. Merenungi kejadian itu. Apa kesalahanku? Mengapa begitu sulit, menyampaikan sesuatu yang ingin kuberikan?
Kemudian terbersit ide gila di dalam kepalaku. Kuambil pisau lipatku. Dan langsung crash. Aku menancapkan pisau itu di bagian tubuhku dan memotongnya. Kumasukkan bagian yang telah kupotong itu dalam bungkusanku yang masih agak bagus. Lalu aku kembali ke stasiun dan berniat menyambung kereta tujuan Yogya. Tanpa perasaan apapun. Tak sedikit pun aku terluka. Hanya gamang saja.
***
Aku tak ingin apapun selain sebuah senyum yang menghiasi wajahmu. Demikian ungkapan yang kukatakan padanya saat kuberikan hadiahku. Tapi dia diam saja melihatku, bahkan seperti melihat keanehan. Karena didiamkan saja. Tak diajak bicara apa-apa aku berniat pulang, daripada keberadaanku semakin aneh di depannya. Setelah berpamitan, aku pulang. Tanpa sebuah hati. Hati? Hatiku telah kubungkuskan padanya. Sebagai pengganti barang yang dicuri oleh bocah setan tadi di tengah jalan. Lagipula aku sudah tak membutuhkannya. Rasanya tak ada rasanya. Aku hanya berjalan menyusuri jalan membelakangi rumahnya. Dan tiba-tiba sebuah mobil yang melaju kencang menabrak diriku. Saat itu kudengar, satu panggilan dari suara yang kukenal samar-samar. Itu suaranya. Benar itu suaranya. Lalu mendapati diriku yang sudah tak berdaya, ia menangis kencang-kencang. Tapi tak kudengar betul pastinya. Apakah benar ia akan menangis? Oh, Tuhan, mengapa terlambat aku mengetahuinya. Aku pergi ke titik hitam. Bercahaya terang.[]
----------
Penulis: L | Ditulis di Jakarta Pusat, Jalan Veteran no. 1, 15 November 2007.
Aku mencintaimu,
Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku.
Aku mencintaimu,
Aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan ragaku.
Aku mencintaimu,
Aku mencintaimu dengan kata yang tak mampu untuk ku ungkapkan.
Sampai kini,
Aku membencimu...
SANGGAT!!!...
Cerpen Pendek "Pupus"
Sebuah senyum terukir manis di sudut bibir vionica saat menatap langit sore di taman tak jauh dari tempat tinggalnya. Kegiatan rutin yang ia lakukan setiap sore. Tidak pernah sekalipun ia alpa mengunjungi taman itu kecuali cuaca tidak bersahabat.
Melihat awan yang berarak di sekeliling langit biru benar - benar menenangkan hatinya. Rasanya semua rasa lelah serta berat beban yang ia tanggung menguap begitu saja.
Di liriknya jam yang melingkar di tangan, pukul 17:00 kurang seperempat. Sepertinya tanpa sadar ia sudah menghabiskan waktu hampir 15 menit duduk santai di sana. Hanya diam menatap langit, sama sekali tidak memperdulikan sekeliling yang kadang masih saja ada yang heran menatap ulah nya. Walau sebagian lainnya sudah menganggap itu hal biasa.
Terlebih dahulu menarik napas dalam - dalam akhirnya Vionica bangkit berdiri. Melangkahkan kaki kearah rumah tingkat bercat kuning di kawasan cendana. Yang sudah sejak Empat bulan terakhir ditetapkan sebagai tempat tinggalnya.
"Baru pulang vio?".
Merasa ada yang memanggil namanya Refleks vio menoleh. Kepalanya langsung mengangguk di sertai sebuah senyuman yang tak luput dari wajahnya saat mendapati Fandi yang berjalan dengan nafas sedikit terengah dibelakangnya.
"Tumben nggak mampir ketaman?" tanya Fandi lagi sambil berjalan beriringan.
"Barusan aku dari sana".
"Masa si?. Kok tadi aku nggak liat?"
Dan vio hanya angkat bahu membalasnya.
"Ngomong - ngomong kamu habis dari mana?" tanya vio mengalikan permbicaraan.
"Main bola di lapangan".
"O" Mulut Vio membulat. Sepertinya ia sudah paham sekarang kenapa Fandi terlihat ngos ngosan.
"Vio?".
"Kenapa?" Tanya Vio saat mendapati tatapan Ragu di wajah Fandi.
"Sudahlah.. Lupakan".
Walau bingung Vio tidak berkomentar apa - apa lagi. Lagi pula sepertinya ia juga sudah sampai tepat di depan kostannya. Dengan sedikit basa - basi Vio pamit masuk kerumah.
Setelah mengemasi barang barangnya vio bersiap siap untuk pulang. Sesekali matanya melirik sekilas kearah seseorang yang duduk selang dua meja darinya. Seseorang yang kali ini mengenakan kemeja putih dengan garis garis hitam yang makin terlihat keren benar benar telah menarik perhatian vio.
"Dari pada cuma lirik lirik pandang kenapa nggak coba samperin aja langsung".
Suara bisikan yang mampir di telinganya sukses membuat vio menoleh. Merasa kesel saat mendapati senyum janggal di bibir vieta, sahabat terbaiknya.
"Apaan sih" gerut vio sambil kembali mengalihkan perhatian nya kearah buku catatan yang masih tergeletak di meja.
"Nggak usah ngeles. Orang bego juga pasti akan langsung tau kalau kamu suka sama Harry cuma melihat dari cara mu menatapnya" tambah vieta lagi.
Kali ini vio kembali menoleh. Menatap tajam kearah vieta. Orang bego juga akan tau?. Maksutnya harry bego karena sepertinya orang itu tidak tau?. Ehem, atau pura - pura nggak tau ya?.
"kau akan tau jawabannya kalau kau berani bertanya langsung padanya".
Kali ini kening vio berkerut bingung, emang sahabatnya bisa membaca pikirannya ya?.
"nggak usah heran aku bisa tau apa yang kau pikirkan. Soalnya itu jelas -jelas terukir di jidat mu".
Mendengar kalimat yang vieta lontarkan barusan sontak membuat vio memberengut sebel. Apa apa an itu?. Tadi tatapan mata, sekarang terukir di jidat. Memangnya mulut udah nggak perlu di pake lagi ya?.
Sayangnya belum sempat mulut vio mengeluarkan bantahan, suara lain sudah terlebih dahulu menginterupsi.
"vio kamu nggak pulang?".
"Eh, em. Pulang kok. Ni lagi beres - beres" balas vio sedikit tergagap. Tidak menyangka, Harry, orang yang sedari tadi ia gosipkan akan menyapanya duluan.
"Oh gitu . Duluan ya" pamit Harry sambil tersenyum.
Senyuman yang paling vio sukai sekaligus paling ia benci. Suka, karena itu adalah senyuman paling manis yang pernah ia temui. Benci, karena ia sadar kalau senyum itu bukan hanya untuknya.
"Ehem, Ck ck ck".
Vio sama sekali tidak memperdulikan decakan mengejek yang keluar dari mulut Vieta. Matanya masih terus menatap sosok Harry yang terus melangkah menjauh. Samar sebuah senyuman terukir di bibirnya. Sebuah senyum penuh harapan. Ya, ia masih boleh berharapkan. Selama ia tau masih belum ada seseorang yang menjadi pasangan pemilik senyum faforitnya.
Cerpen Pendek "Pupus"
"Oh ya, Tadi katanya ada yang ingin kamu katakan. Apa?".
Pertanyaan yang Harry lontarkan sontak menyadarkan Vio dari lamunannya. Jantungnya berdetak Dag Dig Dug nggak karuan. Hari ini, Di taman ini, Ia berdiri. Berhadapan langsung dengan Harry yang kini berada tepat di hadapannya.
Menuruti saran Vieta, Ia nekat menemui Harry. Mengajaknya ketemuan di taman belakang kamus. Berniat untuk mengungkapkan langsung tentang perasaannya.
"Harry..." Ujar Vio dengan Suara sedikit bergetar. Astaga, Jantungnya. Masihkan ada di dalam dadanya ataukah sudah melompat keluar.
"Aku suka sama kamu" Sambung Vio akhirnya.
Sunyi, Hening dan sepi. Vio masih menatap lurus kearah Harry yang juga kini menatapnya. Sedikit perasaan lega tergambar di wajah vio saat ia menyadari kalau ia berhasil mengucapkan kata yang sudah sejak kemaren - kemaren ia praktekan sendiri. Namun, disaat bersamaan rasa cemas juga menghantuinya. Rasa cemas menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Harry.
"Aku juga menyukaimu...".
Kalimat yang keluar dari mulut Harry benar - benar mengantar Vio terbang keawang - awang. Merasakan bahagia yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan sebelum sebuah senyuman terukir di bibirnya sebagai luapan rasa bahagiannya ia sudah terlebih dahulu menyadari kalau ia telah dihempaskan jatuh kedasar jurang yang paling dalam saat mendengar kalimat lanjutan Harry.
"Tapi sebagai sahabat".
Dan yang terjadi selanjutnya vio sama sekali tidak menyadarinya. Ia tidak menyadari saat kepalanya mengangguk, ia tidak menyadari saat harry mengucapkan kata maaf padanya. Bahkan ia juga tak menyadari kata kata yang keluar dari bibirnya. Ia juga tak menyadari saat Harry melangkah meninggalkannya. Dan untuk pertama kalinya perasaannya tak menyadari sebuah senyum yang tetap Harry lontarkan untuknya.
Satu satunya hal yang mampu ia sadari adalah rasa sakit. Rasa sakit yang mendera kedalam hatinya, yang mengalir didalam darahnya. Dan ia menyadari kalau ini bukan mimpi.
End
Cerpen Cinta Sedih : Senyum Itu Air Mataku
"afika ??"teriak dodo
afika membalikan badannya menoleh ke arah dodo.
"dodo"saut afika kaget
"hey,apa kabar ??" tanya dodo .
'fine,aduh dodo kamu nambah cakep aja sih hahahah " jawab afika .
"ahh yaiyalah masa aku mau ingusan terus ?" cetus dodo .
"hahah lucu deh ,, 9 tahun kita gak ketemu ! aduh kangen banget nih "
afika memeluk dodo , dodo adalah teman semenjak afika kecil . mereka selalu bersama-sama kini mereka tertemukan kembali setelah dodo pindah ke bandung .
"udah punya cowok nih sekarang ?"tanya dodo
"hahah cowok!gak lah ."jawab afika
afika sebenarnya menyukai dodo semenjak mereka kelas 4 sd,tapi tidak dengan dodo,dodo gak bisa menganggap afika lebih dari sekedar sahabat . mereka terpisah saat mereka kelas 4sd(semester akhir).kini,dodo sudah mempunyai pacar namaya alin.beda dengan afika yang masih single,bukan berarti dia tidak laku , melainkan dia sedang menunggu janji dodo yang akan kembali ke jakarta tanpa mempunyai pacar . tapi,yang ada malah sekarang dodo melanggar janjinya , dia malah kembali ke jakarta dengan status berpacaran . betapa terkejutnya afika saat mengetahui dodosudah mempunyai kekasih .
"kenalin dong cewenya ."kata afika
"haha,iyananti aja dia kesini"
"kamu gak inget janji kamu ya do?" gumam afika dalam hati
"maafin aku fik,aku gak mau kamu jatuh cinta sama aku"dodo juga bicara dalam hatinya .
"yaudah,kita ke rumah yu,,temui papi dan mami "ajak afika
"ayo"jawab dodo
mereka pun pergi kerumah afika,bahkan tepatnya mereka mengunjungi tempat favorit mereka sewaktu kecil yaitu di atap rumah afika . setelah dodo menemui papi dan mami afika , dodo mengajak afika ke atap rumah untuk mengingat sewktu kecil .
"di sinh banyak sekali kenangan afika"kata dodo
"iya,ternyata kamu masih inget ya do ??"
"muhun neng , da emut keneh"kata dodo dengan logat bahasa sunda
"bahasa planet mana tuh ??" tanya afilka
"hahahah itu bahasa sunda afika"
"huh, mentang-mentang udah lama di bandung!"
mereka pun tertawa lepas .
"do,aku turun duku ya , mau bawa minum !"kata afika
"mangga!"jawab dodo singkat
afika pun turun dari atap untuk mengambil minum di dapur.
dodo memperhatikan setiap atap ,di salah satu selipan atap ada kertas yang terselip. dodo mengambil kertas itu yang bertulisan "ALDO RIFALDI , kapan kembali ??". dodo menghela nafas . "maaf fik,aku kembali hanya untuk menjagamu,bukan untuk mencintaimu ,aku gak mau terpisahkan lagi ,bukanya aku gak cinta sama kamu , tapi aku gak mau kalau seandainya kita pacaran terus kita berantem lalu putus,jadi musuhan deh , gak mau fik,lebih baik kita sahabatan aja ."dalam hati dodo
dodo mengambil bulpoin yang ada di saku kemejanya , dodo membalas tulisan itu ."aku kembali AFIKA PRISILIA :)". lalu dodo menyelipkan lagi kertas itu .
afika pun datang dengan membawa 2 orange juice ,
"nih kesukaan kamu !" suat afika
dodo hanya tersenyum dengan penuh hasrat .
"hmm fik ??"tanya dodo . "ya apa do ??" jawab afika dengan mengerutkan keningnya .
"kita ke bawah yu .. !!"ajak dodo .
"hmm okey !"
mereka pun turun ke bawah karena langit sudah mulai mendung
keesokan harinya :)
afika sngat terlihat cantik saat dia mau ke rumah dodo.mami dan papi nya heran melihat afika yang dandan begitu cantik padahal hanya ke rumah dodo .
"afika sayang , kamu mau kemana ??"tanya papi nya .
"kerumah dodo pih !!" jawab afika singkat
"kerumah dodo ko sampai dandan segala !! jangan...jangan..."
'hah??dadah mami , papi!! fika pergi dulu"fika buru-buru " memotong perkataan mami nya itu ,
mami dan papi nya hanya mnggelengkan kepala dan hanya trsenyum .
di rumah dodo, afika melihat dodo lagi ngobrol dengan alin , afika menghampiri mereka
"hey do " sapa afika
alin berdiri dari tempat duduknya dan langsung menjulungkan tanganya .
"hey afika aku alin !!"
"afika!" kata afika dengan menjulungkan tanganya .
"yang,ini yang tadi kamu ceritain itu"kata alin .
afika terdiam saat mendengar alin memanggil dodo dengan sebutan"YANG",begitu sakit saat orang kita sayang dari dulu sekarang milik orang lain .
"ehh,lusa kita mau tunangan lo !" kata alin
afika kaget , "hah tunangan ????"
"iya , kenapa ?ikut seneng dong !"
"hhaa iya..iya... selamat ya !!" afika semakin panas,afika pun pergi meninggalkan dodo dan alin .
afika berlari kerumahnya ,tepatnya ke kamarnya ,di dalam kamar afika menagis tersendu-sendu .
"kenapa ??kenapa kamu ngelakuin hal ini sama aku ?! mana janji kamu dodo ?!kamu permainkan hati aku . 9 tahun aku menunggumu ,baru kemarin kita ketemu ternya kanu sekarang mau tunangan !!sakit aku mendengarnya,dodo !!aku benci kamu !!" afika mengambil foto dodo bersamanya dan dia jatuhkan ke lantai sampai pecah .
2 hari kemudian
"afika maafin dodo " kata dodo
"udahlah gak apa-apa, tenang aja !"jawab afika
"aku menyesal afika,aku merasa bersalah "
"yaudah dodo jangan khawatirin aku ya ?sekarang kamu bahagialah dengan alin..aku ikut seneng "
dodo hanya menunduk
"dodo ayo !"panggil mami dan papi dodo
dodo memegang tangan afika
"udah pergi do !"
dodo pun pergi ......
afika tersenyum ."semoga kamu bahagia ya do,disinih aku selalu doain kamu...aku gak akan nyalahin penantianku 9 tahun itu . aku hanya bisa tersenyum untukmu ..
selamat tinggal dodo ! I LOVE YOU GOOD BYE !"
dodo pun akhirnya bertunangan dengan alin dan meninggalkan AIR MATA di wajah afika .
"maafin aku afika , aku terpaksa ngelakuin ini sama kamu I LOVE YOU GOOD BYE AFIKA PRISILIA!!
THE END
Cerita Sedih - Sempat Memilikimu
“Bodoh!! Bodoh,,knp aku bisa sebodoh ini.menyia nyiakan laki laki yang
begitu sempurna.” Umpat Lea pada dirinya sendiri.seminggu setelah Ivan
memutuskan hubungan gelap mereka.Ivan adalah laki2 yang di kenal lea
selama setahun terakhir.awalnya Mereka dekat karena Rian pacar resmi Lea
di kabarkan selingkuh sama temen kerjanya.
Rian jadi jarang ada waktu buat lea.selalu beralasan ini itu stiap kali lea mengajaknya bertemu.merasa kesepian akhirnya Lea teringat sosok Ivan teman SMU nya.kebetulan saat lea online FB Ivan juga sedang Online.lea langsung menyapa Ivan via Chat FB
Lea:temen SMA ku ya??
Ivan:iya kayaknya,,
Lea:kok kayaknya sih.kamu ivan kan.yang anak ipa,yang dulu ikutan PPATG.yg agak gendut dan matanya sipit hehehehe
Ivan:iya,kok tau.aku aja gak inget kamu.kamu dulu anak ipa/ips sih
Lea:ips 1
Ivan:oh ya ya ya
Lea:kamu inget van?
Ivan:Dikit Dikit :P, inget cantiknya doank. 0838205xxxxx sms aku aja kalo mau.udah mau off nih.salam kenal lagi aja deh sori kalau lupa.
Akhirnya malam itu juga Lea langsung sms Ivan.secara emang dulunya lea sempet naksir kok sama Ivan.mereka mulai deket.smsan stiap hari.secara Ivan gak suka BEBE.jadi gak bisa BBM an deh.mulai dari nanya2 hal hal sepele sampe akhirnya jadi becanda2an.2 bulan saling kenal akhirnya mereka memutuskan untuk Jadian .and endingnya mereka berencana untuk bertemu.secara si Ivan kuliah di bandung sekarang kan.sedangkan Lea di jakarta.jadi susah mau ketemunya.oiya mereka manggilnya udah gak aku kamu lagi loh.sekarang manggilnya sayang2an gitu deh.pagi itu lea telfon ivan.buat mastiin hari itu mereka jadi ketemu apa gak.”Halo,van.mau ketemu jam berapa.kamu pulang kuliah jam berapa?”,”ketemu pagian juga gak apa2 kok sayang.aku mau bolos aja hari ini.cape nih.jam 11 siang aja gimana?aku berangkat dari Rumah jam 10an”,”oh gitu juga gak apa2 sih yank.kalau gitu aku siap2 dulu deh”,”jam berapa ini sayang.ngapain siap2 sekarang.baru jam 7 gitu”,”ih ivan.kan aku harus milih bajunya dulu.harus ke salon dulu benerin rambut kalu gak,gak keburu tar.”,”ya ampun !sayangku,kamu itu gak usah di apa2in juga udah cantik kok.” Ciiieeee romantisnya si Ivan :P “oh gtu ya yank.yaud deh ga jadi ke salon aja.trus ini kamu mau ngapain yank”,”ya tidur lagi aja sih yank.masi pagi bener dah ini.semalem tidur jam 2 aku yank”,”Ooh yaudah si bobok lagi aja.jgan kesiangan ya sayang.mpe ketemu nanti.mmuuah”Telepon di tutup.”Mumpung si Rian lagi Liburan sama temen2 kantornya di bali.aku bisa ketemu Ivan deh.Lumayan lah sehari xixixixi”kata Lea dalam hatinya
Jam 11:05, Ivan sampe di rumah Lea naik motor Vixion warna putihnya.Gilaa keren banget.Ivan udah gak gendud lagi loh.cakep banget,Rambutnya agak di panjangin gitu,kaya yesungnya Super junior hahahaha #Lebay amat.Lea langsung menghampiri Ivan di depan.”Hai van”sapa si lea.lea Grogi banget loh.walaupun tiap hari berhubungan Via telfon.tapi untuk tatap muka kaya gini baru yang pertama kali.waktu SMA lea gak pernah berani nyapa si Ivan.cuman liatin Ivan dari jauh doank.dan sekarang Ivan bener2 di depan matanya.jaraknya gak nyampe 1 meter.waahhh bisa bayangin gak si senengnya Lea.begitu juga dengan Ivan.Ivan yang dari awal emang gak begitu kenal lea.waktu di sekolah emang Ivan sempet berkali2 papasan sama lea tapi gak begitu meduliin.dalam Hati si Ivan bilang “ternyata lebih cantik aslinya”si Ivan malah jadi Bengong deh,”Heeii van,,hellooo kok bengong si”kata Lea sambil sambil megang pundak Ivan.”oh sory2 aduh jadi salting kan akunya.”kata si Ivan malu.”Masuk yuk van.org rumah pada pergi.cuman ada pembantu aku 1 di belakang.jadi santai aja ya”,”oh,iya sayang.udah santai loh ini hehehe”.si Ivan masuk ke rumah lea.mereka duduk di teras belakang rumah.ngobrol banyak hal.waktu rasanya cepet banget.saat mereka lagi asik ngobrol.tiba2 Ivan mendekatkan wajahnya ke wajah lea.Lea kaget dan grogi banget bingung mesthi gimana.”aduh kayaknya dy mau cium gw nih.Tuhan gimana nih.ga siap.gw kan gak pernah ciuman”batin lea dalam hati.suasana begitu mendukung.akhirnya.1 kecupan dari Ivan yang merupakan ciuman pertama Lea,mendarat mulus d bibir Lea .sebelumnya lea pernah sih di ajak ciuman sama rian berkali2 malah.tapi Lea selalu nolak.gak tau kenapa pas sama Ivan lea kaya gak ada keinginan sedikitpun buat nolak.perasaan yang campur aduk d rasakan sama si Lea.nerves,kaget,seneng,pokoknya jadi 1 deh.buat yang pernah ngrasain ciuman pertama pasti tau rasanya.Ivan menatap Lea dalem banget.”
Aku mau mati sama kamu suatu saat”kata ivan.lea kaget setengah mati dengernya”kamu ngomong apa sih van.kok jadi bicarain kematian”,”Aku serius Lea,aku mau mati tenang sama kamu suatu saat.karna aku gak bisa milikin kamu seutuhnya,aku pengen hidup sama kamu,aku pengen punya anak dari kamu,aku pengen kamu buatin teh stiap hri,tpi gak mungkin..kamu gak mungkin mau tinggalin Rian kan.”kata Ivan,”van,aku pasti tinggalin dia.suatu saat aku bakal jadi milikmu seutuhnya.”kata lea,” kamu cuma bisa ngomong ..,”sanggah si Ivan.”van,kalaupun nantinya aku gak bisa menikah sama kamu tapi bukan berarti kamu kehilangan aku.aku slalu ada waktu buat kamu.kapan pun kamu butuh aku van.”kata lea”trus,sampai menikah nanti juga harus selingkuh...?aku gak kuat. . .,aku Cuma mau sama kamu.itu aja.kalaupun aku gak bisa hidup sama kamu,ayok kita mati sama2.,”Lea diem,dia gak tau harus bilang apa.Ivan kliatan terguncang banget.Lea pegang tangan Ivan.”Aku mau mati sama kamu.apapun yang kamu minta aku mau Van”,Lea memeluk Ivan kenceng banget.dia gak tau kenapa bisa terucap kata2 seperti itu dari mulutnya.yang ada di pikiran Lea saat ini hanyalah Ivan.dia sangat mencintai Ivan.”Makasi sayang”kata Ivan lirih.semakin erat mereka berpelukan.gak terasa ud jam 5 sore.Ivan pamit buat pulang ke bandung lagi.Lea mengantarnya sampai depan.”Hati hati ya.gak usah ngebut.”,kata lea sambil mengusap kepala Ivan.Ivan meraih tangan lea.di taruh di dadanya.”Kamu tau,hari ini aku seneng banget.sebenernya masi pengen disini terus sayang.”,kata si Ivan.”aku juga yank.besok2 sering2 kesini donk yank.kalo pas kamu Libur.”,kata lea”di usahain honey ku.yaudah aku pulang dulu.”Ivan mengecup kening Lea.adduu so sweet nya ,, .”kalau udah sampai jangan lupa kabarin aku ya sayang.Ivan naik ke motornya sambil terus menatap Lea.kelihatan banget kalau dia sangat mencintai Lea.begitupun Lea.Ivan menstarter motornya.dia melambaikan tangannya pada lea.setelah Ivan pergi Lea langsung masuk ke kamarnya.dia pegang dadanya.”Y ampun kenceng banget jantung gw larinya.saking senengnya jadi nyesek.Ivan,,I love you”
Hari demi hari.Ivan dan lea tetap menjalin hubungan gelap mereka.tanpa di ketahui oleh Rian.pacar resmi Lea.bahkan Lea hampir stiap Hari brantem sama Rian.lea jadi brubah sama Rian sejak kehadiran Ivan.semua perhatian lea hanya untuk Ivan.Lea selalu mengutamakan Ivan.Rian sering heran sama sikap lea akhir2 ini.”sebenarnya Lea ni kenapa sih.dulu dia sabar banget orang nya.sampai gw selingkuh aja di maafin sm dy.kok sekarang jadi brubah 180 derajad gini sih.apa jangan2 dia punya cowok lain.ah gak lah gak mungkin,lea kan gak pernah pergi kemana2.kalaupun dia kluar itupun sama gw.”Rian gak terlalu perduli dengan perubahan sikap Lea.karna rian masih punya Dilla,cewe yang selama ini jadi selingkuhannya si Rian.tapi sayang,nasip Rian gak bagus2 amat.akhir tahun 2011 Rian PUTUS sama Dilla.gara2 Dilla punya laki2 lain lagi.so, , ,si Rian jadi sedih banget gitu deh.lea yang pada dasarnya emang Gadis baik gak tega liat Rian kaya gitu.dengan sabar Lea hibur Rian.sampai akhirnya Rian sadar kalau cewe yang selama ini dia cari ada di depannya.penyesalan yang teramat dalam di rasakan Rian.kenapa dia bisa begitu Bodohnya menyia nyiakan Lea yang sebaik itu.hanya demi cewek kaya Dilla.yang hanya mau sama uangnya Rian aja.Rian memeluk Lea erat.tapi prasaan Lea biasa aja.Hambar,gak ada lagi perasaan cinta yang menggebu gebu kaya dulu.karna prasaanya kini udah berpindah pada Ivan.
Semakin Hari Rian semakin mencintai lea.namun lea semakin mencintai Ivan.begitu juga Ivan.tapi suatu ketika Ivan sempat berpikir bahwa dia lelah.dia lelah menunggu Cinta yang gak pasti kaya gini.dia tahu lea sangat mencintai dirinya.tapi Cinta aja gak cukup.Ivan pengen di akuin di depan semua orang kalo dia itu pacar Lea sekarang.stiap Ivan buka Facebook Lea dan dia Lihat ada Tulisan “In Relationship with Rian” di Info status Lea.hatinya sakitt banget.sakit sesakit sakit saat liat wanita yang dia amat Cintai adalah milik orang Lain.dan dia gak bisa berbuat apa apa.8 bulan sudah Ivan dan Lea menjalin hubungan mereka.sampai pada akhirnya Ivan merasa benar benar udah gak sanggup lagi.Ivan mulai cuek sama lea.mulai jarang ada waktu buat Lea.sering gak ada kabar.Lea sedih banget dengan perubahan sikapnya Ivan.Dia kangen banget sama Ivan.biasanya tiap malem Ivan selalu sempetin waktu sebelum tidur buat telepon Lea.karna hanya itu alat untuk melepas kangen mereka.mereka hanya bisa bertemu kalau Ivan punya waktu longgar.dan itu jarang banget.Setiap kali Lea buka facebook Ivan,Ivan gak pernah menulis status tentang Cinta kaya dulu.kebetulan password facebook Ivan,sempet di kasih tau ke Lea.suatu hari lea buka Facebook Ivan.dia buka Inboknya.banyak banget inbok dari cewe cewe yang gak Lea kenal.Ivan terkesan sedang mencari pacar lagi…Lea kaget baca inbok2 dia.Lea nangis sejadi jadinya.sedih banget,liat cowok yang sangat di cintai nya terang terangan cari pacar baru.jam 1 mlm Lea nelfon Ivan.”Halo lea,knpa kok belom bobok”kata Ivan dari seberang sana.”Yank,bisa ketemuan gak,aku kangen banget sama kamu”,kata Lea Lirih.”Aduh kalau waktu waktu dekat aku sibuk sayang.tapi aku usahain cari waktu deh buat ketemu kamu ya.kalau minggu depan aja gimana yank?”kata Ivan.”oh yaudah,gapapa kok yank.minggu depan ya.mau ke rumahku apa ketemu dimana.”,”ke rumah kamu aja si yank.biar aku yang ke rumah nanti.sekarang kamu bobok ya.udah malem loh.met bobok mami cantik.muuuaachh.”Ivan menutup telfon lea.Ivan merbahkan tubuhnya di tempat tidur.”asal kamu tahu Lea,aku juga sangat sangat merindukan kamu.tapi aku harus belajar kuat tanpa kamu.karna kamu gak akan bisa aku miliki”gak terasa Ivan meneteskan air matanya.Ivan sangat merindukan lea.selama ini dia berusaha agar terlihat kuat di depan semua orang tapi dalam hati ivan Nangis,pedih banget rasanya kalau inget Lea gak bisa dia miliki.
Hari yang di tunggupun tiba.jam 1siang Ivan sampai di rumah Lea.lagi lagi orang rumah pas gak ada semua.seolah-olah keadaan seperti ini sudah di atur .Ivan pake baju warna item dan jaket warna merah.pas banget waktu dia pake.Ivan benar benar kliatan Ganteng banget.Lea langsung menyambut Ivan dengan pelukannya.”Ohh Tuhan sumpa deh gak kuat ini,,pengen nangis rasanya”kata Ivan dalam hati.”kita langsung masuk aja yuk.”ajak si lea.susananya gak kaya waktu pertama kali Ivan dateng ke rumah Lea.hari itu suasana nya sedih aja.walaupun berkali kali Ivan dan lea sama sama mencoba mencairkan suasana,tapi tetep aja,Hati mereka gak bisa bohong.”sayang aku mau ke kamar mandi dulu ya”kata si ivan.”oh iya yank.jgan lama lama ya”Hape Ivan di tinggalin di meja.Lea penasaran pengen buka hape Ivan.akhirnya dia mulai buka buka hape Ivan isi sms nya dari Lea semuanya.catatan panggilannya juga,ada beberapa dari papa and mama nya si Ivan.Lea mulai buka di Galery.dia buka buka album foto dan,Lea Kaget setengah mati liat ada beberapa Foto Christy di Hape Ivan”Loh kok isinya foto si Christy semua”Christy adalah teman mereka berdua waktu sma.Ivan balik ke Teras liat Lea lagi pegang Hapenya.dia Liat Lea buka Foto Christy.Ivan mencoba tetap bersikap tenang.”yank ini si Christy kan”kata lea.”Iya yank,knpa?”jwab Ivan dengan santainya.”gapapa kok yank,nanya aja.”Lea gak berani tanya2 lagi.Lea gak berani ngatur2 Ivan harus jaga jarak sama cewe lain.secara Ivan juga hanya di jadikannya pacar ke 2.jam 7 tepat ivan pamit pulang.sebelum dia naik ke motornya di peluk Lea erat banget.seolah olah dia gak akan ketemu Lea lagi.tapi Ivan gak ngomong satu kata pun.dia hanya diam dan terus memeluk lea.”aku pulang ya sayang.nanti kl udah sampe aku kabarin.”Ivan mengecup kening Lea.Lea gak sanggup ngomong apa2 hatinya sedih gak karuan.gak tau kenapa dia merasa Ivan jauh banget.meskipun mereka saling berdekatan.dalam perjalanan pulang Hati Ivan semakin kacau.”maaf sayang,maaf bikin kamus sedih.Foto foto Christy emang sengaja aku taruh di hape biar kamu bisa benci sama aku.tapi kenapa kamu malah meluk aku seerat itu.”Ivan meneteskan air mata sepanjang perjalanan pulang.dalam Hati dia bertekad hubungan ini harus segera dia selesaikan.di kamar, lea masih terbayang foto Christy yang ada di hape Ivan.”sakit banget hati gue,knapa kamu brubah sih Van.”
Waktu terus berjalan.hubungan Ivan dan Lea semakin renggang.seperti ada jarak di antara mereka.Ivan terus menerus menguatkan hatinya bahwa dia mampu Hidup tanpa Lea.dia hanya harus mengembalikan Hidupnya sama seperti sebelum Lea hadir dalam hidupnya.tepat 9bulan lebih 20 hari,
Hari itu Lea sempet berantem sama Ivan.gara gara 2 hari Ivan gak ada kabar,tapi malah sempet bikin status di facebook.akhirnya lea bikin status di facebook ”Kalo di sms tu ngejawab donk jangan diem aja.”akhirnya si Ivan baca status Lea.dia langsung sms Lea.”kok ada yang beda ya”isi sms ivan.”apa nya si yang beda”jawab lea.”gak tau juga yank”kata ivan”Coba deh di cari tau dulu ya ,muach.”ivan jawab dengan emoticon cium doank (:-*) .sepanjang sore Lea nunggu sms dari si Ivan.tapi sampe malem Ivan gak juga sms dia.akhirnya jam 11 malem,Lea buka facebooknya.dia search nama Ivan tapi gak ada.”loh kok fbnya Ivan gak ada.”Lea panik banget.knp Fbnya tau tau di blokir sama Ivan.akhirnya dia buka fb si Ivan pake passwordnya si Ivan.ternyata password udah di ganti jam 16:16.keringat dingin mulai keluar.jantung Lea berdegub kenceng banget.perasaan takut,kawatir,sedih jadi 1.Lea telfon si Ivan tapi gak di angkat.berkali2 dia telfon gak diangkat juga.akhirnya Lea sms.”Papi dimana?”sekitar 1 menit ada balasan dari Ivan”kita putus aja ya.”,Hancuurrr banget rasanya hati si lea.bener bener gak bisa ngomong apa apa.tangan Lea bergetar.kaki rasanya lemes banget.Lea jawab sms Ivan”kenapa yank?aku salah apa sama kamu.sebelumnya kita gak ada masalah apa2 loh.”gak ada jwaban lea sms lagi ”Kamu kenapa van,tolong kasih aku penjelasan.” Sekitar 10menit ivan menjawab “mulai besok jangan hubungin aku lagi ya.maaf,kamu lupain aku aja.”Lea udah gak bisa jawab apa apa lagi.Air mata mulai mengalir deras di wajah Lea.sedih banget,dia terlanjur sayang banget sama Ivan.Lea penasaran dengan status Ivan setelah mutusin Lea,akhirnya dia pinjem password FB temennya Tania,buat buka FB si Ivan,dan bener aja isi statusnya bikin sedih banget
“i have no regret. . .
this tormented soul are seeking for a new place,
and forgetting YOU !!”
yang artinya, “Aku punya tidak ada penyesalan sedikitpun... jiwa yang tersiksa ini ingin mencari tempat baru, dan melupakanmu!!”.sakit banget hati si lea.dia nangis sepanjang malem.dan Ivan,dia duduk di kamarnya.dia masih merenung,dia pun sebenernya gak siap kehilangan lea,Gadis yang selama ini sangat dia Cintai.”Maaf sayang.aku nyakitin kamu,tapi aku gak kuat kalau harus terus terusan jadi selingkuhan kamu.maaf”Ivan meneteskan air matanya.dia buka hapenya ada sms dari Lea.” buat yang terakhir aja,kasi aku ciuman terakhir van.setelah itu aku gak akan ganggu kamu.aku cuma nyimpen kamu di hati ku paling dalam.skali ini aja.yang terakhir :'(” Tangis Ivan semakin menjadi.pedih banget hatinya baca sms si Lea,tapi dia harus kuat.dia gak bole cengeng kaya gini.akhirnya Ivan membalas sms nya singkat banget” Muach :-* Goodbye :-)”setelah membalas sms lea Ivan buka FB nya.dia Nulis status “mmmmmmmuach :*,,my last kiss for you :’(”.pedih banget hati Ivan.begitupun lea.kenapa untuk hidup bersama orang yang di cintai harus sesulit ini.sepanjang malam mereka menangis.mengenang semua yang udah terjadi di antara mereka.saat sedih,bahagia,berantem,saat romantis.semua begitu indah dan sayang untuk di lupakan.lagi2 ada sms dari lea yang isinya “kamu dulu bilang pengen mati bareng sama aku.kenapa sekarang malah minta putus ,tapi gak apa2 kok sayang aku hargai keputusan kamu.sayang kamu jaga diri ya,jangan stress lagi.i'll always love u.by my soulmate :*aku janji pada diriku sendiri.slamanya km tetep yang terindah yang pernah aku miliki :').aku berharap kita berjodoh di kehidupan mendatang :') Oiya Twitter kamu udah aku benerin @XXx_x passwordnya :xxxxx kalo mau di ganti pengaturannya bisa.followersnya udah banyak.bye :D”,Ivan tersenyum baca sms terakhir dari Lea.”Lea kamu masi inget aja,pengen sih ngajakin kamu mati bareng,tapi aku gak se egois itu sayang.kamu masi bisa aja senyum.aku sayang banget sama kamu.semoga kamu bahagia ya sayang.makasi buat cinta tulusmu selama ini.aku akan melanjutkan hidupku tanpa kamu.belajar hidup tanpaku ya sayang.aku Yakin kamu akan Bahagia dengan Rian.”Ivan membuka Twitter yang barusan di kasih sama Lea.sebelumnya Twitter Ivan emang gak bisa di buka.trus d benerin sama lea.Ivan buka di tweets,ternyata Lea ud nambahin beberapa foto dia di twitter,”makasih Lea sayang”kata Ivan sambil mencium Foto Lea.Ivan kembali membuka FB nya dan menulis sebuah status “ketika aku mncari, sangat sangat terasa susah didapat, mungkin kalau ak lupakan malah datang sndri kali ya”
1 minggu sudah Lea dan Ivan putus.Lea masi sangat terpukul atas semua ini.tapi dia gak mungkin terus2an terpuruk seperti ini.dia mau bangkit.karna hidupnya gak Cuma untuk menyesal dan menyesal.”Ivan,dimanapun kamu dan sampai kapanpun.kamu tetap yang terindah buat aku.Aku beruntungSEMPAT MEMILIKIMU”
Lea kembali pada rutinitas nya sebelum ada Ivan begitu juga dengan Ivan.Ivan kembali melanjutkan hidupnya.dan membantu usaha kluarganya.di sisi lain Rian berencana akan melamar Lea Tahun depan.terkadang apa yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan.hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik bagi hidup kita,belajar ikhlas dan bersyukur atas segala yang terjadi.
1 comments:
Saya ingin berbagi kesaksian saya dan kebahagiaan dengan Anda semua di situs ini, tahun lalu suami saya meninggalkan saya untuk wanita lain di tempat kerja dan ia meninggalkan saya dan saya 2kids, semuanya adalah begitu sulit bagi saya karena saya mencintai-Nya yang begitu banyak, jadi saya melihat kesaksian besar Mutaba ia telah membantu wanita di sana suami kembali jadi saya menghubungi kepadanya dan dia membantu saya untuk melemparkan mantra kembali untuk saya suami dan dalam 2 hari suami saya meninggalkan wanita lain dan dia datang kembali untuk saya dengan begitu banyak cinta dan kepedulian. Aku tidak akan pernah melupakan ini bantuan yang besar Mutaba memberikan kepada saya dan saya children.if Anda di sini Anda perlu membantu untuk mendapatkan kembali kekasih Anda bisa menghubungi dia melalui email ini greatmutaba@yahoo.com saya bangga berada di kesaksiannya
Post a Comment